KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
ridho-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Berfikir
Sejarah” dengan tepat waktu. Yang mana penulisan makalah ini saya gunakan
untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah.
Terima
kasih saya sampaikan kepada Ibu Guru Desnita, S.Pd selaku Guru Mata Pelajaran Sejarah.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu dan memberikan motivasi kepada saya dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga saya
selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan
saya gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Arga Makmur, Desember 2016
Penyusun
...................................
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………… 1
1.3. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………… 2
2.1. Definisi Berpikir
Sejarah Diakronik dan Sinkronik ………………… 2
2.2. Konsep Berpikir
Diakronik dan Sinkronik ………………………… 3
2.3. Penerapan Berpikir
Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah 5
BAB III PENUTUP ……………………………………………………… 8
3.1. Kesimpulan ……………………………………………………… 8
3.2. Saran ……………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Berfikir sejarah pada
pembelajaran sejah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir sejarah ini tidak akan terlepas
dari cara berpikir kronologi (diakronik) dan sinkronik. Menurut Galtung,
sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich ; (dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui
dan chronicus artinya waktu). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi
terbatas dalam ruang.
Sedangkan, sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi
terbatas dalam waktu. Cara
berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang sangat
dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh itu dapat digolongan ke
dalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan permasalahan.
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji
peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu
konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Dalam pembelajaran sejarah Indonesia perlu juga
dikembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking). Kemampuan
berpikir sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis,
memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan.
Menpelajari kemampuan berpikir sejarah (historical
thinking) sangat diperlukan. Hal ini dikarehakan dengan mempelajari kemampuan berpikir sejarah (historical thinking),
dapat memgerti aapa saja yang dibicarakan dan dipikirkan sejarah. Sehingga bila kemampuan berpikir
sejarah (historical thinking) itu diterapkan pada pelajaran sejarah, maka akan
memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dan lebih mendalam.
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa
definisi dari berpikir sejarah ?
2) Bagaimana
konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik ?
3) Bagaimana
cara penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah ?
1.3.Tujuan dan Manfaat
1) Untuk
mengetahui definisi dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik.
2) Untuk
mengetahui konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik.
3) Untuk
mengetahui bagaimana cara penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam
pembelajaran sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Berpikir Sejarah Diakronik dan Sinkronik
Secara
etimologi,diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau
melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja.
Sedangkan sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya
sebagai ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi
dalam waktu yang terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang
diakronik,yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah
sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh
seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan menggunakan
metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu peristiwa
sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu
yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von
Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya
terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang
dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu-
ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu
yang terbatas.
Menurut
Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia
dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis
artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sinkronis
artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Jadi
dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas
atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi
peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Seorang sejarawan harus mampu
melakukan rekonstruksi dan analisis peristiwa sejarah berdasar fakta yang
mereka gunakan secara sistematis dan kronologis. Dalam menjelaskan atau
merekonstruksi dan menjelaskan suatu peristiwa sejarah, seorang sejarawan dapat
menggunakan dua model penulisan. Dua model penulisan tersebut adalah bersifat
deskripsi-naratif dan bersifat deskriptif- eksplanatif. Menurut R. Moh. Ali
dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia model penulisan seperti ini
lebih memberikan mengenai rangkaian kejadian dan peristiwa serba berjajar dan
berderet- deret tanpa menjelaskan latar belakangnya, hubungan satu dengan
lainya, serta sebab akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan model penulisan
sejarah model kedua lebih kepada bagaimana seorang penulis tersebut
mengungkapkan suatu peristiwa sejarah dengan disertai analisis-analisis yang
mendalam mengapa peristiwa itu dapat terjadi. Model kedua ini juga meluaskan
cakupan ruang dalam penulisanya, sehingga tidak terbatas pada satu ruang
tersebut. Model penulisan seperti ini cenderung menggabungkan sifat sejarah
yang diakronis dan ilmu-ilmu sosial yang sinkronis. Artinya, selain memanjang
dalam waktu, sejarah juga melebar dalam ruang.
2.2.Konsep
Berpikir Diakronik dan Sinkronik
Cara
berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi
menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep
kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut penjelasannya :
1. Konsep Periodisasi
dalam Ilmu Sejarah
Secara
umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu masa.
Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah
atau pembabakan masa dalam sejarah.
Sejarah sejak manusia
ada hingga saat ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak peristiwa atau
kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun sejarawan akan
kesulitan dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam
sejarah kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli
kemudian menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa
sejarah.
Contoh periodisasi
adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari sejarah Eropa
Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan ->
Sejarah Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru ->
Sejarah Eropa Modern. Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh,
maka dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap periode waktunya
memiliki ciri-ciri tersendiri.
2. Konsep Kronologi
dalam Ilmu Sejarah
Kehidupan umat manusia
diliputi oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang sangat sederhana
sampai yang lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi
oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II,
Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari umat
manusia seperti kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya.
Inilah sebabnya ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat
dengan kehidupan manusia.
Dengan
kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap
peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa
tersebut. Disinilah kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah
diklasifikasikan tadi, disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu
kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.
3. Konsep Kronik dalam
Ilmu Sejarah
Kata "kronik"
dapat ditemukan dalam sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan Cina. Kronik
merupakan sejenis kumpulan tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa
di Cina, seperti Kronok dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan
dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu merupan suatu kumpulan tulisan tentang
perjalanan seorang musafir atau seorang pujangga dan juga seorang pendeta.
Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau kejadian maupun hal-hal yang yang
baru ditemukan ketika melakukan perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun
yang disinggahinya.
4.
Historiografi dalam sejarah
Penulisan adalah
puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu sejarah
sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah
sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah yang disebut
historiografi.
Historiografi
terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah
dan grafi artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah,
baik itu yang bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat
ilmiah (no problem oriented).
Problem oriented
artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan
masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat
metode penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem oriented adalah
karya tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah
dan ditulis secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian.
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah.
Penulisan sejarah
dalam historiografi lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk
merekam masa lalu. Oleh karena itu, historiografi adalah ekspresi kultural dan
pantulan dari keprihatinan kelompok sosial masyarakat atau kelompok sosial yang
menghasilkannya.
2.3
Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah
Cara
berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah
itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu
sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu
dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Sejarah
berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang
menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan
seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang
masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak
perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk
mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA
keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.
Contoh :
o
Perkembangan Sarekat Islam di Solo,
1911-1920
o
Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
o
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
o
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan
sebagainya.
Cara
berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur)
artinya ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak
berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang
berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh : satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk
menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu,
menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada
di saat itu. Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti
waktu yang panjang.
Istilah
memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu
yang panjang itu.
Ada
juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala
yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan
contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun
dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah :
o
Tarekat Naqsyabandiyah.
o
Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.
o
Kota-kota metropolitan : Jakarta,
Surabaya dan Medan ; (metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang
kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang sangat
luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan
(ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial). Kita ingin
mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial
lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan
sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan
sinkronis Contoh
:
o
Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis
seorang ahli ilmu politik )
o
Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli
sosiologi )
Mendeskripsikan konsep
ruang dan waktu
1. Konsep
Ruang
Ruang
adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
o
Ruang merupakan tempat terjadinya
berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu.
o
Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan
dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa
tersebut.
o
Jika waktu menitik beratkan pada aspek
kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek
tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2. Konsep
waktu
o
Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah
masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang
final, terhenti, dan tertutup.
o
Masa lampau itu bersifat terbuka dan
berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa
lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu
berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi
kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik di masa mendatang.
o
Sejarah dapat digunakan sebagai modal
bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan
datang
3. Keterkaitan
konsep ruang dan waktu dalam sejarah
Konsep
ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku
sejarah
o
Segala aktivitas manusia pasti
berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian
o
Manusia selama hidupnya tidak bisa
dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan
perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup (
beraktivitas).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Secara
etimologi, diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau
melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja.
Sedangkan sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN, yaitu yang artinya
sebagai ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang
tetapi dalam waktu yang terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat
yang diakronik, yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah
sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh
seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah.
Dengan
menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu
peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah
sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama
Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang
sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu
memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan
ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan
waktu yang terbatas.
Cara
berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi
empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan
historiografi.
3.2.
Saran
Setelah
membahas makalah tentang berfikir sejarah secara diakronis dan sinkronis,
diharapkan bagi khalayak umum yang telah membaca makalahn ini diharapkan dapat
mengetahui konsep dasar berfikir sejarah, strategi Pengembangan berfikir
sejarah, dan penerapan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah, sehingga
dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan dapat menerapkan pemikiran sejarah dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
o
http:///HistoriaMagistraPengertiandiakronikdansinkronis.html
o
http:///H:/berpikirsejarah/Caraberfikirsejarahkelompok.html
o
http:///H:/berpikirsejarah/CaraBerfikirSejarahdalamMengkajiPeristiwa-peristiwayangDipelajarinyaWawasanPendidikan.html
boleh copy gak gan? buat tugas sejarah?
BalasHapusizin copy, jangan lupa kunjungi web saya di SEMUA TENTANG MAKALAH
BalasHapusizin copy
BalasHapusbagi yang mau copas dipersilahkan
BalasHapusIzin copy
BalasHapusIzin copy,boleh nggak..?
BalasHapus