BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Persepsi dalam arti sempit
melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah tepat.
Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk
sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka
kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argumen yang berasal
dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita
sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita
terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang
dramatis pada keterampilan motorik kasar. Anak-anak menjadi lebih berani ketika
keterampilan motorik kasar mereka meningkat. Selain itu, hal ini dipengaruhi
oleh pertumbuhan fisik yang cepat yang menyebabkan anak semakin tinggi dan semakin
besar, maka kemampuan fisik merekapun meningkat. Beberapa macam kemampuan fisik
yang cukup nyata perkembangannya pada masa ini adalah: kekuatan, keseimbangan,
dan koordinasi. Oleh karenanya kehidupan anak-anak sangat aktif, lebih aktif
dari pada titik lain manapun pada siklus kehidupan. Selain berkembang secara
motorik dan fisik, anak-anak juga akan selalu mengalami perkembangan kognitif.
1.2 TUJUAN
Ø untuk menambah pengetahuan tentang persepsi,
faktor-faktor yang mempengaruhinya , dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Ø Mempelajari tentang persepsi lebih mendalam sehingga
dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran disekolah nantinya.
Ø Menambah
wawasan keilmuan mahasiswa mengenai perkembangan fisik,
motorik, serta konitif pada anak
Ø Mengetahui berbagai
macam perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian
persepsi ?
2. Bagaimana proses
terjadinya persepsi ?
3. Bagaimana tahap
terbentuknya persepsi ?
4. Bagaimana
perkembangan perceptual ?
5. Apa saja sifat-sifat
persepsi ?
6. Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ?
7. Bagaimana perkembangan fisik, motorik, serta konitif pada anak ?
8. Bagaimana perkembangan yang
terjadi pada masa anak-anak ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERSEPSI
A. Definisi Persepsi
Secara etimologis presepsi
berasal dari bahasa latin preceptio;dari preceptio, yang
artinya menerima atau mengambil. Adapun proses dari persepsi itu sendiri adalah
yang menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
Kata “presepsi” biasanya
dikaitkan dengan kata lain, seperti: presepsi diri, presepsi sosial (Calhoun
&Acocela, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan presepsiinterpersonal
(Rahmat, 1994). Dalam kepustakaan berbahasa inggris istilah yang banyak digunakan
ialah “social perception”. Pada dasarnya , objek berupa pribadi memberi
stimulus yang sama pula.
Definisi Persepsi menurut
beberapa pakar :
1. Leavit, 1978
mengatakan presepsi adalah bagaimana sesorang memandang atau
mengartikan sesuatu.
2. Devito (1997:75),
presepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera.
3. Yusuf (1991: 108)
menyebut presepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”
4. Gulo (1982: 207)
presepsi ialah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu
dalam lingkungannya melalui indera.
5. Rakhmat (1994:
51), presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.
6. Atkinson, presepsi
adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola
stimulus dengan lingkungan.
7.Verbeek (1978), presepsi
dapay dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara
langsung dapat mengenal dunia riil yang
fisik.
8.Brouwer (1983: 21),
presepsi ialah suatu reflika dari benda di luar manusia yang
intrapsikis, dibentuk berdasar
rangsangan-rangsangan dari objek.
9. Pareek (1996: 13),
presepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji,
dan memberikan reaksi pada rangsangan
panca indera atau data.
Presepsi bisa dikatakan
sebagai inti komukasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti presepsi
, yang identic dengan penyandian-balik dalam proses komunikasi. John R. Wenburg
dan William W. Wilmot,menyebutkan “presepsi dapat didefinisikan
sebagai cara organisme memberi makna” Rudolph F. Verderber, “presepsi
adalah proses menafsirkan informasi indrawi” (dalam mulyana, 2000: 167).
B. Organisasi dalam persepsi
1. Wujud dan latar
Objek – objek yang kita
amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud
(figure)sedangkan dengan
hal-hal lainnya sebagai latar (ground).
Contoh :
Kalau melihat sebuah meja dalam
kamar, maka meja itu akan tampil sebagai wujud dan benda lainnya dikamar itu
menjadi latar atau ketika kita mendengar musik maka suara si penyanyinya adalah
sebagai wujud dan iringan musik sebagai latar.
2. Pola pengelompokan
Hal-hal tertentu
cenderung kita kelompokan dalam persepsi kita.
Seperti :
a.
Pengelompokan mengikuti prinsip kedekatan
Garis-garis
diatas ini akan kita lihat sebagai tiga kelompok yang masing-masing terdiri
dari dua garis, sedangkan satu garis yang tertinggal disebelah kanan merupakan
garis sisa yang berdiri sendiri. (kelompok yang mengikuti prinsip kedekatan.
b.
Pengelompokan mengikuti prinsip kesempurnaan.
Disini
kita akan melihat tiga buah segi empat dengan satu garis sisa yang berdiri
sendiri disebelah kiri. Kita cenderung melihat segi empat yang terputus-putus
sebagai segi empat yang utuh. ( pengelompokan yang mengikuti prinsip
kesempurnaan).
c.
Pengelompokan mengikuti pesamaan
Lihat
tiga garis lingkaran kecil dan tiga baris titik – titik yang mendatar, kita
tidak akan melihatnya sebagai garis –garis tegak yang terdiri dari lingkaran
dan titik berganti ganti
Yang
mengakibatkan Perbedaan persepsi
1. Perhatian
Biasanya
kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus,
tetapi kita mengfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja.
2. Set
Harapan
seseorang tentang rangsangan yang akan timbul.
3. Kebutuhan
Kebutuhan
– kebutuhab sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, mempengaruhi
persepsi orang tersebut. dengan demikian kebutuhan-kebutuhan yang berbeda
menyebabkan pula perbedaan persepsi.
4. System nilai
System
nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi,
5. Ciri kepribadian
Seperti
A dan B bekerja di suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang
atasan. A orang yang pemalu dan penakut, mempresepsikan bahwa pemimpinnya itu
menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B mempunyai lebih percaya diri, yang
menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang
biasa lainnya.
6. Gangguan kejawaan
Gangguan
kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.
Proses
persepsi
Menurut
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif
yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu.
Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek
yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan
memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen
individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap
dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Persepsi merupakan bagian
dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan
diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan
psikiologis.
Penafsiran
Penalaran
Rangsangan
Persepsi
Pengenalan
Tanggapan
Perasaan
Presepsi,
pengenalan,penalaran,dan perasaan kadang-kadang disebut variable psikologis
yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan.
Dari segi psikologi
dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang
jadi untuk menrubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah
persepsinya.
Menurut Newcomb (dalam
Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu :
1. Seleksi adalah
proses penyaringan oleh alat indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas, dan jenisnya.
2. Interpretasi,
yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang
juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem
nilai yang di anut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan.
3. Interpretasi dan
persepsi diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi
(Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987)
Menurut Parcek (Walgito,
1995: 20) proses tersebut terdiri dari proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasi, mengartikan, menyajikan dan memberikan reaksi kepada rangsang
panca indra.
1. Proses menerima rangsangan
Proses
pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang atau data dari berbagai sumber.
Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini sering
disebut dengan pengindraan, proses ini sering disebut sensasi. Menurut
Desiderado (Walgito, 1995: 20) merupakan pengalaman elementer yang segera, yang
tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis, atau konseptual, dan
terutama selalu berhubungan dengan panca indra. Disebut juga sebagai data dari
berbagai sumber. Yakni seperti kebanyakan data menerima melalui pancaindra
(melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya.
Schereer
(Walgito, 1995: 21) mengemukakan bahwa rangsangan itu terdiri dari tiga macam
sesuai dengan elemen dari proses penginderaan. Pertama rangsang merupakan
obyek, ialah obyek dalam bentuk fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai
keseluruhan yang terbesar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses
sistem syaraf. Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang
dikesankan dari obyek-obyek yang ada diluar.
2. Proses Menyeleksi Rangsang
Michell
(Walgito, 1995: 18) menyatakan persepsi adalah suatu proses yang didalamnya
mengandung proses seleksi ataupun sebuah mekanisme. Setelah menerima rangsang
atau data diseleksi. Anderson (Walgito, 1995: 22) mengemukakan bahwa perhatian
adalah proses mental, ketika rangsang atau rangkaian rangsang menjadi menonjol
dalam keadaan pada saat yang lainnya melemah.
Di dalam proses
menyeleksi rangsangan Ini ada 3 pendapat pada pengaruh persepsi :
1. Dibedakan dalam
dua factor yakni factor intern dan eksteren yakni :
A. Faktor intern
Factor yang berkaitan
dengan diri sendiri, yakni :
a. Kebutuhan
psikoloi
Kadang-kadang
ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada). Karena kebutuhan
psikologi.
Contoh:
orang yang haus akan melihat banyak air biasanya terjadi di tempat yang panas
seperti padang pasir.
b. Latar belakang
Latar
belakang seseorang akan mempengaruhi factor intrern ini karena seseorang akan
lebih mendekati orang lain yang memiliki latar belakang yang sama.
c. Pengalaman
Serupa
dengan latar belakang yakni factor pengalaman seperti seseorang yang mempunyai
pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu.
d. Kepribadian
Seseorang
yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama
sekali berbeda.
e. Sikap dan kepercayaan umum
Orang-orang
yang mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang
termasuk kelompok bahasa tertentu besar kemungkinan akan melihat berbagai hal
kecil yang tidak diperhatikan orang lain.
f. Penerimaan diri
Mereka
yang ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada
mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
g. Factor ekstern
Persepsi
ini dapat dilakukan atas persepsi visual terhadap barang-barang ataupun
terhadap orang dan keadaan, seperti :
Ø Intensitas
Rangsangan
yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada yang kurang
intens.Misalnya, lampu yang lebih terang lebih diperhatikan orang ketimbang
lampu yang redup pada malam hari.
Ø Ukuran
Benda
yang lebih besar lebih menarik perhatian dan lebih cepat dilihat.
Ø Kontras
Hal-hal
lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.
Misalnya,
di kelas ada satu murid tidak mengenakan pakaian seragam maka itu akan menarik
perhatian.
Ø Gerakan
Hal-hal
yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam.
Ø Ulangan
Hal-hal
yang berulang misalnya, sebuah iklan yang selalu berulang sehingga orang ingat
dengan produk itu namun ulangan yang terlalu sering akan menghasilkan kejenuhan
semantic dan dapat kehilangan arti perseptif.
Ø Keakraban
Hal
ini terutama, jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.
Misalnya,
di kelas yang baru kita akan lebih tertarik kepada orang yang sudah kita kenal
dari pada sama orang yang tidak kita kenal.
Ø Sesuatu yang baru
Hal ini bertentangan
dengan factor keakraban. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah
dikenal , maka sesuatu yang baru menarik perhatian.
Misalnya, pakaian kita
yang sudah dikenal apabila tertukar pasti akan mengenal atau mengetahui bahwa
pakaian itu bukan pakaiannya.
2. Menurut Devito
(1997)
Ada 6 proses yang
mempengaruhi persepsi
a. Teori kepribadian implisit
Teori
ini mengacu pada teori kepribadian individual. Setiap orang mempunyai konsepsi
tersendiri tentang suatu sifat berkaitan dengan sifat lainnya. Konsepsi ini
merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan tentang orang
lain.
b. Ramalan yang dipenuhi sendiri
(self-fulfilling prophecy)
Ramalan
yang dipenuhi sendiri terjadi bila kita membuat ramalan atau merumuskan
keyakinan yang menjadi kenyataan karena anda membuat ramalan itu dan bertindak
seakan–akan ramalan itu benar.
Ada 4 langkah dalam proses
ini, yakni :
1. Kita membuat
prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi.
Misalnya, anda adalah orang yang canggung
dalam situasi antar pribadi.
2. Kita bersikap
kepada orang atau situasi. Misalnya, di depan anda kita bersikap seakan-
akan anda memang orang yang canggung.
3. Keyakinan kita
itu menjadi kenyataan
Misalnya, karena cara kita bersikap di
depan anda , anda menjadi tegang dan salah
tingkah serta menunjukan kecanggungan.
c. Aksentuasi
Perseptual
Ini
membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang ingin kita lihat.
Misalnya,
kepada orang yang kita sukai menganggap bahwa dia itu tampan dan pandai
daripada orang yang tidak kita suka, kontra argument ini adalah bahwa
sebenarnya kita lebih menyukainya kepada tampan dan pandainya saja bukan
karena orang yang kita suka itu tampan dan pandai.
d. Primasi-Resensi
Ini mengacu pada pengaruh relative
stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya.
Ø Efek primasi = jika yang muncul pertama lebih besar
pengaruhnya.
Ø
Efek
resensi = jika yang muncul kemudian mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Imlikasi
praktis dari efek primasi-resensi adalah kesan yang pertama tampaknya
palingpenting. Dan orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk
merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.
e. Konsistensi
Konsistensi
mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang memungkinkan kita mencapai
keseimbangan atau kenyamanan psikologis diantara berbagai sikap dan hubungan
antar mereka.
Misalnya,
saya berharap orang yang saya sukai menyukai saya dan saya berharap orang yang
tidak saya sukaiuntuk tidak menyukai saya.
f. Stereotyping
Stereotyping
adalah prasangka tentang segolongan orang yang memenuhi persepsi dan penafsiran
data yang telah diterima.
Misalnya,
para menejer mempunyai persepsi bahwa manajer lebih jujur daripada pekerja,
sebaliknya seorang pekerja menganggap mereka lebih jujur daripada manajer.
3.Pendapat lain
Menurut pendapat ini
terdapat 4 :
a. Fakror fungsional
Factor
ini dihasilkan dari kbutuhan,kegembiraaan,pelayan dan pengalaman masa lalu sorang
indiviudi, pada dasarnya persepsi yidak ditentukan dengan jenis / stimuli,
tetapi bergantunh karskterlistrik. Misalnya,0rang yang lapar akan lebih tetari
pada makanan, sedangkan orang yang harus akan lebih tertarik pada minuman.
b. Factor structural
Factor
ini dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari
system saraf individu.
Persepsi dari krech dan
crutchfield.:
1. Bila meresepsi
sesuatu kita meresepsinya sebagai keseluruhan dan tidak melihat bagian-
bagiannya.
2. Meskipun stimuli
yang diterima tidak lengkap, kita akan menginter prestasikannya secara
consisten dengan rangkaian stimuli yang
kita persepsi.
3. Sifat-sifat
perseptual dan kognitif dari substruktur pada umumnya ditentukan oleh sifat-
sifat
struktur secara keseluruhan.
4. Bahwa objek atau
peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai
satu sama lain, cenderung ditanggapi
sebagian dari struktur yang sama.
c. Factor-faktor
situasional
Factor
ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.
d. Factor personal
Factor
personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi,kepribadian (Rakhmat,1994). Pengalaman
akan membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi < Leathers
(1976:26-32) >.
Ini
termasuk dengan kepribadian yany artinya ragam pola tingkah laku dan pikiran
yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan
karakteristik seorang individu.
3. Proses Pengorganisasian
Data
atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
Pengorganisasian sebagai proses seleksi atau screening berarti beberapa
informasi akan diproses dan yang lain tidak. Sebagaimana mekanisme
pengorganisasian, berarti bahwa informasi-informasi yang diproses akan
digolong-golongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan
memberikan arah untuk mengartikan sesuatu stimulus. Kategorisasi tersebut
mungkin terjadi secara terperinci, yang terpenting adalah mengkategorikan
informasi yang kompleks ke dalam bentuk yang sederhana.
Dalam perorganisasian
rangsangan terdapat 3 dimensi utama, yakni:
1. Pengelompokan
Berbagai
rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam satu bentuk. Adapun faktor
yang digunakan untuk mengelompokkan rangsangan yakni :
a. Kesamaan, rangsangan-rangsangan
yang mirip dijadikan satu kelompok.
b. Kedekatan, hal-hal yang
lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan
menjadi satu.
c. Ada suatu
kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.
2. Bentuk timbul dan
latar
Prinsip
lain dalam mengatur rangsangan disebut bentuk timbul dan latar.
Dalam
melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian
pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau
gejala lainnya berada dilatar belakang.
3. Kemantapan persepsi
Ada
suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan-perubahan
kontekstidak memengaruhinya.
4. Prosese penafsiran
Setelah
rangsangan atau data diterima dan di atur, lalu sipenerima menafsirkan data
tersebut maka dikatakanlah persepsi.
5. Proses Pengambilan Keputusan dan Pengecekan
Tahap-tahap
dalam pengambilan keputusan menurut Burner (Walgito, 1995: 22) adalah sebagai
berikut : pertama kategori primitif, dimana obyek atau peristiwa yang diamati,
diseleksi dan ditandai berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda
(cue search), pengamatan secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk
mencari tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga, konfirmasi,
ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan sementara. Pada tahap ini
pengamatan tidak lagi terbuka untuk sembarang memasukan melainkan hanya
menerima informasi yang memperkuat atau mengkonfirmasiakan keputusannya,
masukan-masukan yang tidak relevan dihindari.
6. proses reaksi
Tahap
terakhir dari proses persepsi ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah
di cerap. Seperti suatu tindakan, tindakanpun ada dua yakni tindakan yang
tersembunyi dan tindakan yang terbuka.
C. Perkembangan Perseptual
Ketetapan perseptualadalah
kecendrungan kita untuk mempertahankan persepsi yangtelah dimiliki terhadap
suatu objek dengan mengabaikan perubahan warna (color),keterangan (brightness),
ukuran (size), dan bentuk (shape).
Strategi untuk
mengembangkan Integrasi Sistem Perseptual
Banyak anak yang kesulitan
belajar karena tidak dapat melakukan transfer informasi dari suatu sistem
perseptual ke sistem perseptual yang lain. Transfer informasi yang
mencakup integrasi dan aktivitas :
1. Visual ke Auditoris,
meminta anak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis; kemudian
menyuruh anak meniru pola tersebut dalam
bentuk ritmis pada drum.
2. Auditoris ke
Visual, meminta anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah
satu
pola visual titik dan garis yang sesuai
dari beberapa pilihan.
3. Auditois ke
Motorvisual, mendengar irama ritmis dan mengalihkan pada visual dengan
menulis pasangan titik dan garis.
4. Auditoris –
verbal ke motor, memerintah anak untuk melakukan gerakan-gerakan
tertentu
5. Taktil
–Visualmotor, meraba bentuk dan menggambarkan bentuk
6. Auditoris ke
Visual, mendengar bunyi benda dan menunjukkan gambarnya
D. Sifat-Sifat Persepsi
Dua fungsi utama sistem
utama persepsi yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek dan
pengenalan, menentukan jenis objek tersebut (Atkinson et al., t.t.). lokalisasi
dan pengenalan dilakukan oleh daerah korteks yang berbeda. Penelitian persepsi
juga mengurusi cara sistem perseptual mempertahankan bentuk objek tetap
konstan, walaupun citra (bayangan) objek di retina berubah.
Sifat umum persepsi antara
lain, yaitu;
1. Dunia
persepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Mengenal persepsi ruang ini
mengandung persoalan-prsoalan psikologis yang penting, terutama penglahatan
sifat ruang (dimensi ketiga).
2. Dunia persepsi
mempunyai dimensi waktu. Objek-objeknya bersifat tetap, sehingga
terdapat kestabilan yang luas.
3. Dunia persepsi berstruktur menurut objek
persepsi. Dalam hal ini berbagai keseluruhan berdiri sendiri menampakkan
diri:Gestalt-gestalt. Persepsi gestalt merupakan suatu pembahasan yang penting
dalam psikologi persepsi.
4. Dunia
persepsi yang penuh dengan arti. Persepsi tidaklah sama dengan mengonstatir
benda dan kejadian tanpa makna. Yang kita persepsi selalu merupakan
tanda-tanda, ekspresi, benda-benda dengan fungsi, relasi-relasi yang penuh
arti, serta kejadian-kejadian.
E. Bantuk-Bentuk Persepsi
1. Persepsi visual
Persepsi
visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi
yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan
persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan
dalam konteks sehari-hari.
2. Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran
yaitu telinga.
3. Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari
indera taktil yaitu kulit.
4. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori
didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
5. Persepsi
pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan
dari indera pengecapan yaitu lidah.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Wilson (2000) mengemukakan
ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya
sebagai berikut :
a. Faktor eksternal atau
dari luar :
1. Concreteness yaitu
wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan
dibandingkan dengan yang obyektif.
2. Novelty atau hal yang
baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan dibanding
dengan hal-hal yang baru.
3.Velocity atau percepatan
misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya
persepsi lebih efektif di bandingkan
dengan gerakan yang lambat.
4. Conditioned
stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan
lain-lain.
b. Faktor internal atau
dari dalam :
1. Motivation,
misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat.
2. Interest, hal-hal
yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik
3. Need, kebutuhan
akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
4. Assumptions, juga
mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat,
merasakan dan lain-lain.
Menurut Rahmat (2005)
faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah :
1. Pengalaman. Seseorang
yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu
akan mempengaruhi kecermatan seseorang
dalam memperbaiki persepsi.
2. Motivasi. Motivasi yang sering
mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai “dunia
yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
3. Kepribadia. Dalam psikoanalisis
dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk mengeksternalisasi pengalaman
subyektif secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang
lain.
Menurut Walgito (1995: 22)
terdapat dua yaitu faktor ektern dan intern.
1. Faktor Internal
Faktor
yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar
belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian
dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.
2. Faktor Eksternal
Faktor
ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas
rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau
tidaknya rangsangan tersebut.
Menurut Walgito (2004:
89-90) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, adanya faktor-
faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu
berikut ini:
a. Adanya objek atau
stimulus yang dipersepsikan (fisik).
b. Adanya alat indera,
syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).
c. Adanya perhatian yang
merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi
(psikologis).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi menurut Widayatun (1999: 115) meliputi :
1. Intrinsik dan
ekstrinsik seseorang (cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan
dan wawasan)
2. Faktor Ipoleksosbud
Hankam
3. Faktor usia
4. Faktor kematangan
5. Faktor lingkungan
sekitar
6. Faktor pembawaan
7. Faktor fisik dan
kesehatan
8. Faktor proses mental
Krech dan Crutchfield
(1977) menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor
struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering
disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli
tersebut.
Sedangkan faktor
struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang
ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf
individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun
stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan
interpretasi yang berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan.
G. Ciri-Ciri Umum Dunia Persepsi
Penginderaan terjadi dalam
suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi. Agar dapat
dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum tertentu dalam
dunia persepsi :
1. Modalitas :
rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera,
yaitu sifat sensori dasar
masing-masing.
2. Dimensi ruang :
dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).
3. Dimensi waktu :
dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua
muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu :
objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang
menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang
menyatu.
5. Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia
penuh arti. kita cenderung pengamatan pada gejala-gejala yang mempunyai makna
bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan yang ada dalam diri kita.
H. Hukum-Hukum Gestalt
Ada beberapa cara persepsi
berdasarkan totalitas Gestalt:
a. Hukum kedekatan
(proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung diamati
sebagai suatu kesatuan.
b. Hukum kesamaan
(similarity): Objek cenderung diamati sebagai totalitas karena
mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang
sama.
c. Hukum
bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk yang sudah kita kenal, walau
hanya nampak sebagian atau tidak sempurna,
kita lihat sebagai sempurna.
d. Hukum
kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama dan berkesinambungan, walau
ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati
sebagai kesatuan.
e. Hukum gerak bersama
(common fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara dan arah
yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan.
I. Persepsi Dan Sensasi
Dari segi bahasa, sensasi
berasal dari kata sense yang artinya alat penginderaan, yang menghubungkan
organisme dengan lingkungan. Jadi, yang dimaksud dengan sensasi adalah proses
menangkap stimuli (rangsang). Misalnya, ketika dua orang sedang berkomunikasi,
maka masing-masing dapat melihat fisiknya dengan penglihatan, mendengar
suaranya dengan pendengaran, mencium harum parfum yang dipakai dengan
penciumannya dan merasakan kehalusan kulitnya ketika bersalaman. Seluruh yang
ditangkap oleh indera tersebut disebut stimuli atau rangsang. Terkadang orang dapat
menerima dua stimuli sekaligus, misalnya ketika kita sedang menonton TV
(stimuli ekternal), datang pula stimuli dari dalam, yaitu ingatan kepada orang
tua di kampung yang sedang menderita sakit dan menunggu kedatangan kita.
Selain itu, sensasi dapat pula diartikan sebagai tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Selain itu, sensasi dapat pula diartikan sebagai tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Perbedaan sensasi dapat
disebabkan oleh kapasitas alat indera yang berbeda, dan oleh pengalaman atau
lingkungan yang berbeda. Masakan yang dirasa sangat pedas oleh lidah orang
Yogya terasa biasa-biasa saja oleh lidah orang Minang. Sebaliknya kata-kata
keras yang dirasa sopan-sopan saja oleh orang Medan dirasa sangat mengganggu
oleh telinga orang Jawa.
Fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular).
Fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular).
Persepsi adalah proses
pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus.
Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses
kognisi dimulai dari persepsi. Persepsi adalah proses memberi makna kepada
sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi adalah proses
mengubah sensasi menjadi informasi. Ketika kita mendengar orang berkata silat,
padahal ia berkata salat, maka kita keliru sensasi, tetapi ketika seorang pria
memuji kekasihnya dengan perkataan, engkau adalah wanita tercantik di dunia,
tetapi kekasihnya merasa disindir dengan perkataan itu, maka kekasihnya disebut
keliru persepsi. Kekeliruan sensasi juga dapat menyebabkan kekeliruan persepsi.
Persepsi bisa keliru disebabkan oleh berbagai faktor; personal, situasional, fungsional maupun struktural. Diantara faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap persepsi adalah perhatian, konsep fungsional dan konsep struktural.
Persepsi bisa keliru disebabkan oleh berbagai faktor; personal, situasional, fungsional maupun struktural. Diantara faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap persepsi adalah perhatian, konsep fungsional dan konsep struktural.
Persepsi Terhadap Diri
Pribadi (self-perception)
Proses psikologis
diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek
tertentu, dikenal dengan persepsi. Persepsi didefenisikan sebagai interpretasi
terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi
persepsi adalah pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya
persepsi mensyaratkan :
1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita.
1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita.
2. adanya informasi untuk
diinterpretasikan.
3. menyangkut sifat
representatif dari penginderaan.
Karenanya
persepsi tidak lebih dari sekedar pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai
realitas bagi diri kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang
paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Sementara indera kita
punya keterbatasan, karenanya bisa jadi pengetahuan yang kita simpulkan
bukanlah suatu kenyataan yang sebenarnya.
J. Persepsi Dan Kognisi
Secara singkat persepsi
dapat di definisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah
cara menusia memberi arti pada rangsangan. Istilah kognisi berasal dari bahasa
Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan
sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan.Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk mencari pemahaman terhadap
cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristotle telah memuat topik tentang
kognisi karena salah satu tujuan tujuan filsafat adalah memahami segala gejala
alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri.
Kognisi dipahami sebagai
proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak dapat
diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara
langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya
kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk
menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk
diimitasi.
Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi
kognitif yang menyelidiki tentang
proses berpikir manusia. Proses berpikir tentunya melibatkan otak dan
saraf-sarafnya sebagai alat berpikir manusia oleh karena itu untuk menyelidiki
fungsi otak dalam berpikir maka berkembanglah neurosains
kognitif. Hasil-hasil penelitian yang
dilakukan oleh kedua bidang ilmu tersebut banyak dimanfaatkan oleh ilmu robot
dalam mengembangkan kecerdasan
buatan.
Proses kognitif
menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh manusia
dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi
tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan
informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas ingatan kerja dan
faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah
dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan
anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga
berupa tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Faktor yang memengaruhi
kesulitan dan kecepatan pemilihan dan pelaksanaan respon adalah kompleksitas
keputusan, perkiraan terhadap respon, trade-off kecepatan dan akurasi, dan
feedback yang diperoleh (Groover, 2007). Kompleksitas keputusan dipengaruhi
oleh jumlah tindakan yang mungkin dipilih, yang juga berpengaruh terhadap
lamanya waktu pengambilan keputusan. Perkiraan terhadap respon dipengaruhi oleh
informasi yang diterima. Jika informasi yang diterima telah diperkirakan
sebelumnya, pemrosesan informasi akan lebih cepat dibandingkan dengan yang
tidak diperkirakan. Trade-off antara kecepatan dan akurasi merupakan korelasi
negative antara keduanya pada pemilihan dan pelaksanaan respon. Dalam beberapa
situasi, semakin cepat seseorang memilih respon, kemungkinan kesalahan terjadi
meningkat. Feedback merupakan efek yang diketahui oleh seseorang sebagai
verifikasi atas tindakan yang dilakukannya. Rentang waktu antara tindakan
dengan feedback harus diminimasi.
Dalam hubungan antara
persepsi dan kognisi, teori medan Lewin menyatakan bahwa proses persepsi dan
kognisi berarti proses perombakan medan kognisi yang tidak berstruktur menjadi
medan yang berstruktur (Wurjo dan Saefullah, 1983:73).
Persepsi dan kognisi
tentang lingkungan merupakan komponen dari orientasi dan pencitraan lingkungan
yang dilakukan oleh masyarakat. Persepsi dan kognisi tentang lingkungan sejajar
dengan Istilah “kesadaran akan lingkungan” sehingga berinteraksi dengan proses
evaluasi yang memuat komponen-komponen kognitip, emosi, dan psikomotor.
Teori psikologi kognitip
menurut pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat seselum perang
dunia II, berpendapat bahwa persepsi manusia terhadap lingkungannya tidak
mengandalkan pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi penginderaan
itu di atur, saling dihubungkan, dan diorganisasikan untuk diberi makna,
selanjutnya di jadikan awal dari suatu prilaku.
K. Ilusi
Ilusi adalah suatu
kejadian dimana terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia dalam melihat
sebuah objek atau benda. Ilusi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ilusi
fisiologis dan ilusi kognitif.
1. Ilusi fisiologis
Ilusi
fisiologis, seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang
terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar
tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata
atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan.
2. Ilusi kognitif
Ilusi
kognitif adalah terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar. Pada
umumnya ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi
paradoks dan ilusi fiksional.
a.
Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan.
Contohnya
adalah: kubus Necker dan vas Rubin.
b.
Pada ilusi distorsi, terdapat distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus
lengkung).
Contohnya adalah: ilusi dinding kafe dan
ilusi Mueller -Lyer.
c.
Ilusi paradoks disebabkan karena objek yang paradoksikal atau tidak mungkin,
misalnya pada segitiga Penrose atau 'tangga
yang mustahil', seperti misalnya terlihat
pada karya seni grafis M C Escher,
berjudul "Naik dan Turun" serta "Air Terjun".
d.
Ilusi fiksional didefinisikan sebagai persepsi terhadap objek yang sama sekali
berbeda
bagi seseorang tapi bukan bagi orang lain,
seperti disebabkan karena schizoprenia
atau halusinogen. Ini lebih tepatnya
disebut dengan halusinasi.
2.2 MOTORIK
A. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan
berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat
badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan
ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
B. Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik
anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik meliputi dua tahapan yaitu motorik kasar dan motorik
halus.• Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari,
naik-turun tangga dan sebagainya.
• Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
• Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan
berlatih. Misalnya,kemampuan memindahkan
benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting,menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
sangat penting agar anak bisa berkembang
dengan optimal.
Perkembangan motorik
beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak,
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah
Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut
mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan
sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan
menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik
merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan
beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin
memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu
bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan
apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Teori tersebut pun
menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat
menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan
hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik
yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk
bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik.
Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi
kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk
mengambil mainannya.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
1. Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi
kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau
bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun
keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini
menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan
lainnya yang mengandung bahaya.
2. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada
koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan
atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun
koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir
sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam
menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan
anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan
bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus
berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan
visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan,
dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis
atau menggambar.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik
anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
• Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
• Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
• Sedangkan motorik halus adalah gerakan
yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh
tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
berlatih. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal.
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya :
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar
|
Motorik Halus
|
•merangkak
• berdiri dan berjalan beberapa langkah •berjalan cepat • cepat-cepat duduk agar tidak jatuh • merangkak di tangga • berdiri di kursi tanpa pegangan • menarik dan mendorong benda-benda
berat
• melempar bola |
• mengambil benda kecil dengan ibu jari atau
telunjuk
• membuka 2-3 halaman buku secara
bersamaan
• menyusun menara dari balok • memindahkan air dari gelas ke gelas lain • belajar memakai kaus kaki sendiri • menyalakan TV dan bermain remote • belajar mengupas pisang |
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar
|
Motorik Halus
|
• melompat-lompat
• berjalan mundur dan jinjit • menendang bola • memanjat meja atau tempat tidur • naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir • berdiri dengan 1 kaki |
• mencoret-coret dengan 1 tangan
• menggambar garis tak beraturan • memegang pensil • belajar menggunting • mengancingkan baju • memakai baju sendiri |
Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar
|
Motorik Halus
|
• melompat dengan 1 kaki
• berjalan menyusuri papan • menangkap bola besar • mengendarai sepeda • berdiri dengan 1 kaki |
• menggambar manusia
• mencuci tangan sendiri • membentuk benda dari plastisin • membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi |
Usia 4-5 tahun
Motorik Kasar
|
Motorik Halus
|
• menuruni tangga dengan cepat
• seimbang saat berjalan mundur • melompati rintangan • melempar dan menangkap bola • melambungkan bola |
• menggunting dengan cukup baik
• melipat amplop • membawa gelas tanpa menumpahkan isinya • memasikkan benang ke lubang be |
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat
dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya.
Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang,
dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode
ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
- Mampu melompat dan menari
- Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan
dan badan
- Dapat menghitung jari – jarinya
- Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu
bercerita
- Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta
artinya
- Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
- Mampu membedakan besar dan kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
- Ketangkasan meningkat
- Melompat tali
- Bermain sepeda
- Mengetahui kanan dan kiri
- Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
- Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
- Mulai membaca dengan lancar
- Cemas terhadap kegagalan
- Peningkatan minat pada bidang spiritual
- Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
- Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik
meningkat
- Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
- Ketrampilan lebih individual
- Ingin terlibat dalam sesuatu
- Menyukai kelompok dan mode
- Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
- Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur
tubuh yang berhubungan dengan
pubertas mulai tampak
- Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti
mencuci, menjemur pakaian sendiri ,
dll.
- Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu
orang lain
- Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara
berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah
berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar
disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought),
artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa
nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang
disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a). Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak
memahami hubungan-hubungan antara benda
atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui
hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan
benda-benda yang
ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui
suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada
tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat
berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara
nyata.
a. Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan
baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan
dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi
keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory
strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan
memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara
mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang
digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat
nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu
kelas.
Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari
karakteristik pembayangan dari seseorang.
Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat
informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat
membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakannya secara
spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang
mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap,
kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak
mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber
serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini,
anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan
ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal,
perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara
menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara
berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan
mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan
berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persepsi adalah proses
pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari
proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar
gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
Jenis-jenis persepsi
berdasarkan alat indera, yaitu persepsi visual, persepsi auditori, persepsi
perabaan, persepsi penciuman, dan persepsi pengecapa.
Agar seseorang dapat
menyadari dan dapat melakukan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi,
yaitu :
Adanya objek yang
dipersepsi. Objek menimbulkan stimulusyang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari
dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai
reseptor.Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima
stimulus.
Diperlukan adanya
perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi.
Sebagian besar dari
prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori
Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan
bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan
keseluruhan [the whole]. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat
menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.
Berdasarkan pembahasan Motorik diatas dapat disimpulkan :
1. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
2. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
3.2 SARAN
1. Kajian-kajian
tentang persepsi masih sangat perlu untuk ditingkatkan, karena persepsi sangat
penting bagi guru sebagai tenaga pendidik untuk dapat memahami cara berpikir
peserta didiknya.
2. Ketika anak masih bayi harus
dilatih melakukan gerakan, karena dengan gerakan tersebut
bayi dapat memuncilkan
imajinasi atau telah mengalami pengembangan motoriknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. Sobur, Alex, M.Si., Psikologi
Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Saswono W, Sarlto,Pengantar
Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 2003.
Drs. Fauji, Ahmad,
Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1997.
Dr. Sugiyanto, dkk. Perkembangan dan Belajar Motorik. Departemen
pendidikan dan kebudayaan direktorat
jenderal pendidikan dasar dan menengah.
Dr, Prof. Gunarm D, Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak:
PT
BPKGunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pastikan komentar anda adalah berupa pertanyaan, koreksi, atau hal serupa lainnya yang bermanfaat bagi anda atau pengguna lainnya dikemudian hari, komentar yang bersifat basa-basi sepert, thanks, semoga bermanfaat, atau hal serupa lainnya akan dihapus.