Breaking

Kamis, 30 Januari 2014

MAKALAH TENTANG PERSEPSI DAN MATORIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang dramatis pada keterampilan motorik kasar. Anak-anak menjadi lebih berani ketika keterampilan motorik kasar mereka meningkat. Selain itu, hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik yang cepat yang menyebabkan anak semakin tinggi dan semakin besar, maka kemampuan fisik merekapun meningkat. Beberapa macam kemampuan fisik yang cukup nyata perkembangannya pada masa ini adalah: kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi. Oleh karenanya kehidupan anak-anak sangat aktif, lebih aktif dari pada titik lain manapun pada siklus kehidupan. Selain berkembang secara motorik dan fisik, anak-anak juga akan selalu mengalami perkembangan kognitif.

1.2 TUJUAN
Ø  untuk menambah pengetahuan tentang persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhinya , dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ø  Mempelajari tentang persepsi lebih mendalam sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran disekolah nantinya.

Ø  Menambah wawasan  keilmuan  mahasiswa  mengenai perkembangan fisik, motorik, serta konitif pada anak
Ø  Mengetahui berbagai macam perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak.

1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian persepsi ?
2. Bagaimana proses terjadinya persepsi ?
3. Bagaimana tahap terbentuknya persepsi ?
4. Bagaimana perkembangan perceptual ?
5. Apa saja sifat-sifat persepsi ?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ?
7. Bagaimana perkembangan fisik, motorik, serta konitif pada anak ?
8. Bagaimana perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERSEPSI
A. Definisi Persepsi
Secara etimologis presepsi berasal dari bahasa latin preceptio;dari  preceptio, yang artinya menerima atau mengambil. Adapun proses dari persepsi itu sendiri adalah yang menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
Kata “presepsi” biasanya dikaitkan dengan kata lain, seperti: presepsi diri, presepsi sosial (Calhoun &Acocela, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan presepsiinterpersonal (Rahmat, 1994). Dalam kepustakaan berbahasa inggris istilah yang banyak digunakan ialah “social perception”. Pada dasarnya , objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula.
Definisi Persepsi menurut beberapa pakar :
1. Leavit, 1978 mengatakan presepsi adalah bagaimana sesorang memandang atau
     mengartikan sesuatu.
2. Devito (1997:75), presepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya
     stimulus yang mempengaruhi indera.
3. Yusuf (1991: 108) menyebut presepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”
4. Gulo (1982: 207) presepsi ialah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu
    dalam lingkungannya melalui indera.
5. Rakhmat (1994: 51), presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
     hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
     pesan.
6. Atkinson, presepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola
     stimulus dengan lingkungan.
7.Verbeek (1978), presepsi dapay dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara
    langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik.
8.Brouwer (1983: 21), presepsi ialah suatu reflika dari benda di luar manusia yang
    intrapsikis, dibentuk  berdasar rangsangan-rangsangan dari objek.
9. Pareek (1996: 13), presepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,
    mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi pada rangsangan
     panca indera atau data.
Presepsi bisa dikatakan sebagai inti komukasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti presepsi , yang identic dengan penyandian-balik dalam proses komunikasi. John R. Wenburg dan William W. Wilmot,menyebutkan  “presepsi dapat didefinisikan  sebagai cara organisme  memberi makna” Rudolph F. Verderber, “presepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi”  (dalam mulyana, 2000: 167).

B. Organisasi dalam persepsi
1. Wujud dan latar
    Objek – objek yang kita amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud
     (figure)sedangkan dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground).
     Contoh :
Kalau melihat sebuah meja dalam kamar, maka meja itu akan tampil sebagai wujud dan benda lainnya dikamar itu menjadi latar atau ketika kita mendengar musik maka suara si penyanyinya adalah sebagai wujud dan iringan musik sebagai latar.
2.  Pola pengelompokan
     Hal-hal tertentu cenderung kita kelompokan dalam persepsi kita.
Seperti :
a.  Pengelompokan mengikuti prinsip kedekatan                                                                                      
Garis-garis diatas ini akan kita lihat sebagai tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari dua garis, sedangkan satu garis yang tertinggal disebelah kanan merupakan garis sisa yang berdiri sendiri. (kelompok yang mengikuti prinsip kedekatan.
b.  Pengelompokan mengikuti prinsip kesempurnaan.
Disini kita akan melihat tiga buah segi empat dengan satu garis sisa yang berdiri sendiri disebelah kiri. Kita cenderung melihat segi empat yang terputus-putus sebagai segi empat yang utuh. ( pengelompokan yang mengikuti prinsip kesempurnaan).
c.  Pengelompokan mengikuti pesamaan
Lihat tiga garis lingkaran kecil dan tiga baris titik – titik yang mendatar, kita tidak akan melihatnya sebagai garis –garis tegak yang terdiri dari lingkaran dan titik berganti ganti
Yang mengakibatkan Perbedaan persepsi
1.  Perhatian
Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita mengfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja.
2.  Set
Harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul.
3.  Kebutuhan
Kebutuhan – kebutuhab sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, mempengaruhi persepsi orang tersebut. dengan demikian kebutuhan-kebutuhan yang berbeda menyebabkan pula perbedaan persepsi.
4.  System nilai
System nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi,
5.  Ciri kepribadian
Seperti A dan B bekerja di suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A orang yang pemalu dan penakut, mempresepsikan bahwa pemimpinnya itu menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B mempunyai lebih percaya diri, yang menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.
6.  Gangguan kejawaan
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.
Proses persepsi
Menurut Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikiologis.
Penafsiran
Penalaran
Rangsangan                
Persepsi               
Pengenalan                                           
Tanggapan
Perasaan
Presepsi, pengenalan,penalaran,dan perasaan kadang-kadang disebut variable psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan.
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang jadi untuk menrubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu :
1.  Seleksi adalah proses penyaringan oleh alat indera terhadap rangsangan dari luar,   
      intensitas, dan jenisnya.
2.  Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang di anut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan.
3. Interpretasi dan persepsi diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi  
    (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987)
Menurut Parcek (Walgito, 1995: 20) proses tersebut terdiri dari proses menerima, menyeleksi, mengorganisasi, mengartikan, menyajikan dan memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.
1.  Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini sering disebut dengan pengindraan, proses ini sering disebut sensasi. Menurut Desiderado (Walgito, 1995: 20) merupakan pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama selalu berhubungan dengan panca indra. Disebut juga sebagai data dari berbagai sumber. Yakni seperti kebanyakan data menerima melalui pancaindra (melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya.
Schereer (Walgito, 1995: 21) mengemukakan bahwa rangsangan itu terdiri dari tiga macam sesuai dengan elemen dari proses penginderaan. Pertama rangsang merupakan obyek, ialah obyek dalam bentuk fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang terbesar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf. Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari obyek-obyek yang ada diluar.
2.  Proses Menyeleksi Rangsang
Michell (Walgito, 1995: 18) menyatakan persepsi adalah suatu proses yang didalamnya mengandung proses seleksi ataupun sebuah mekanisme. Setelah menerima rangsang atau data diseleksi. Anderson (Walgito, 1995: 22) mengemukakan bahwa perhatian adalah proses mental, ketika rangsang atau rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam keadaan pada saat yang lainnya melemah.
Di dalam  proses menyeleksi rangsangan Ini ada 3 pendapat pada pengaruh persepsi :
1. Dibedakan dalam dua factor yakni factor intern dan eksteren yakni  :
A. Faktor intern
Factor yang berkaitan dengan diri sendiri, yakni :
a.  Kebutuhan psikoloi
Kadang-kadang ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada). Karena kebutuhan psikologi.
Contoh: orang yang haus akan melihat banyak air biasanya terjadi di tempat yang panas seperti padang pasir.
b.  Latar belakang
Latar belakang seseorang akan mempengaruhi factor intrern ini karena seseorang akan lebih mendekati orang lain yang memiliki latar belakang yang sama.
c.  Pengalaman
Serupa dengan latar belakang yakni factor pengalaman seperti seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu.
d.  Kepribadian
Seseorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda.
e.  Sikap dan kepercayaan umum
Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang termasuk kelompok bahasa tertentu besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan orang lain.
f.   Penerimaan diri
Mereka yang ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
g.  Factor ekstern
Persepsi ini dapat dilakukan atas persepsi visual terhadap barang-barang ataupun terhadap orang dan keadaan, seperti :
Ø  Intensitas
Rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada yang kurang intens.Misalnya, lampu yang lebih terang lebih diperhatikan orang ketimbang lampu yang redup pada malam hari.
Ø  Ukuran
Benda yang lebih besar lebih menarik perhatian dan lebih cepat dilihat.
Ø  Kontras
Hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.
Misalnya, di kelas ada satu murid tidak mengenakan pakaian seragam maka itu akan menarik perhatian.
Ø  Gerakan
             Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam.
Ø  Ulangan
Hal-hal yang berulang misalnya, sebuah iklan yang selalu berulang sehingga orang ingat dengan produk itu namun ulangan yang terlalu sering akan menghasilkan kejenuhan semantic dan dapat kehilangan arti perseptif.
Ø  Keakraban
Hal ini terutama, jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.
Misalnya,  di kelas yang baru kita akan lebih tertarik kepada orang yang sudah kita kenal dari pada sama orang yang tidak kita kenal.
Ø  Sesuatu yang baru
Hal ini bertentangan dengan factor keakraban. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal , maka sesuatu yang baru menarik perhatian.
Misalnya, pakaian kita yang sudah dikenal apabila tertukar pasti akan mengenal atau mengetahui bahwa pakaian itu bukan pakaiannya.

2. Menurut Devito (1997)
Ada 6 proses yang mempengaruhi persepsi
a.  Teori kepribadian implisit
Teori ini mengacu pada teori kepribadian individual. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang suatu sifat berkaitan dengan sifat lainnya. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan tentang orang lain.
b.  Ramalan yang dipenuhi sendiri (self-fulfilling prophecy)
Ramalan yang dipenuhi sendiri terjadi bila kita membuat ramalan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena anda membuat ramalan itu dan bertindak seakan–akan ramalan itu benar.

Ada 4 langkah dalam proses ini, yakni :
1. Kita membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi.   
     Misalnya, anda adalah orang yang canggung dalam situasi antar pribadi.
2.  Kita bersikap kepada orang atau situasi. Misalnya, di depan anda kita bersikap seakan-
     akan anda memang orang yang canggung.
3.  Keyakinan kita itu menjadi kenyataan
     Misalnya, karena cara kita bersikap di depan anda , anda menjadi tegang dan salah
     tingkah serta menunjukan kecanggungan.
c.  Aksentuasi Perseptual
Ini membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang ingin kita lihat.
Misalnya, kepada orang yang kita sukai menganggap bahwa dia itu tampan dan pandai daripada orang yang tidak kita suka, kontra argument ini adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukainya kepada tampan dan pandainya saja  bukan karena orang yang kita suka itu tampan dan pandai.
d. Primasi-Resensi
     Ini mengacu pada pengaruh relative stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya.
Ø  Efek primasi = jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya.
Ø  Efek resensi  = jika yang muncul kemudian mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Imlikasi praktis dari efek primasi-resensi adalah kesan yang pertama tampaknya palingpenting. Dan orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.
e.  Konsistensi
Konsistensi mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang memungkinkan kita mencapai keseimbangan atau kenyamanan psikologis diantara berbagai sikap dan hubungan antar mereka.
Misalnya, saya berharap orang yang saya sukai menyukai saya dan saya berharap orang yang tidak saya sukaiuntuk tidak menyukai saya.
f.   Stereotyping
Stereotyping adalah prasangka tentang segolongan orang yang memenuhi persepsi dan penafsiran data yang telah diterima.
Misalnya, para menejer mempunyai persepsi bahwa manajer lebih jujur daripada pekerja, sebaliknya seorang pekerja menganggap mereka lebih jujur daripada manajer.

3.Pendapat lain
Menurut pendapat ini terdapat 4 :
a.  Fakror fungsional
Factor ini dihasilkan dari kbutuhan,kegembiraaan,pelayan dan pengalaman masa lalu sorang indiviudi, pada dasarnya persepsi yidak ditentukan dengan jenis / stimuli, tetapi bergantunh karskterlistrik. Misalnya,0rang yang lapar akan lebih tetari pada makanan, sedangkan orang yang harus akan lebih tertarik pada minuman.
b.  Factor structural
Factor ini dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari system saraf individu.
Persepsi dari krech dan crutchfield.:
1. Bila meresepsi sesuatu kita meresepsinya sebagai keseluruhan dan tidak melihat bagian-
     bagiannya.
2. Meskipun stimuli yang diterima tidak lengkap, kita akan menginter prestasikannya secara
     consisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
3. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur pada umumnya ditentukan oleh sifat-
     sifat struktur secara keseluruhan.
4.  Bahwa objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai
     satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagian dari struktur yang sama.
c.  Factor-faktor situasional
     Factor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.
d.  Factor personal
Factor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi,kepribadian (Rakhmat,1994). Pengalaman akan membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi < Leathers (1976:26-32) >.
Ini termasuk dengan kepribadian yany artinya ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang individu.
3.  Proses Pengorganisasian
Data atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Pengorganisasian sebagai proses seleksi atau screening berarti beberapa informasi akan diproses dan yang lain tidak. Sebagaimana mekanisme pengorganisasian, berarti bahwa informasi-informasi yang diproses akan digolong-golongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan memberikan arah untuk mengartikan sesuatu stimulus. Kategorisasi tersebut mungkin terjadi secara terperinci, yang terpenting adalah mengkategorikan informasi yang kompleks ke dalam bentuk yang sederhana.
Dalam perorganisasian rangsangan terdapat 3 dimensi utama, yakni:
1.  Pengelompokan
Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam satu bentuk. Adapun faktor yang digunakan untuk mengelompokkan rangsangan yakni :
a. Kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok.
b. Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan    
    menjadi satu.
c.  Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.
2.  Bentuk timbul dan latar
Prinsip lain dalam mengatur rangsangan disebut bentuk timbul dan latar.
Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada dilatar belakang.
3.  Kemantapan persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan-perubahan kontekstidak memengaruhinya.
4.  Prosese penafsiran               
Setelah rangsangan atau data diterima dan di atur, lalu sipenerima menafsirkan data tersebut maka dikatakanlah persepsi.
5.  Proses Pengambilan Keputusan dan Pengecekan
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Burner (Walgito, 1995: 22) adalah sebagai berikut : pertama kategori primitif, dimana obyek atau peristiwa yang diamati, diseleksi dan ditandai berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda (cue search), pengamatan secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga, konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan sementara. Pada tahap ini pengamatan tidak lagi terbuka untuk sembarang memasukan melainkan hanya menerima informasi yang memperkuat atau mengkonfirmasiakan keputusannya, masukan-masukan yang tidak relevan dihindari.
6.  proses reaksi
Tahap terakhir dari proses persepsi ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah di cerap. Seperti suatu tindakan, tindakanpun ada dua yakni tindakan yang tersembunyi dan tindakan yang terbuka.

C. Perkembangan Perseptual
Ketetapan perseptualadalah kecendrungan kita untuk mempertahankan persepsi yangtelah dimiliki terhadap suatu objek dengan mengabaikan perubahan warna (color),keterangan (brightness), ukuran (size), dan bentuk (shape).
Strategi untuk mengembangkan Integrasi Sistem Perseptual
Banyak anak yang kesulitan belajar karena tidak dapat melakukan transfer informasi dari suatu sistem perseptual ke sistem perseptual yang lain.  Transfer informasi yang mencakup integrasi dan  aktivitas :
1. Visual ke Auditoris,   meminta anak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis; kemudian  
     menyuruh anak meniru pola tersebut dalam bentuk ritmis pada drum.
2. Auditoris ke Visual,   meminta anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah satu
     pola visual titik dan garis yang sesuai dari beberapa pilihan.
3. Auditois  ke Motorvisual,  mendengar irama ritmis dan mengalihkan pada visual dengan
     menulis pasangan titik dan garis.
4.  Auditoris – verbal ke motor,  memerintah anak untuk melakukan gerakan-gerakan
      tertentu
5. Taktil –Visualmotor,  meraba bentuk dan menggambarkan bentuk
6.  Auditoris ke Visual,  mendengar bunyi benda dan menunjukkan gambarnya

D. Sifat-Sifat Persepsi
Dua fungsi utama sistem utama persepsi yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek dan pengenalan, menentukan jenis objek tersebut (Atkinson et al., t.t.). lokalisasi dan pengenalan dilakukan oleh daerah korteks yang berbeda. Penelitian persepsi juga mengurusi cara sistem perseptual mempertahankan bentuk objek tetap konstan, walaupun citra (bayangan) objek di retina berubah.            
Sifat umum persepsi antara lain, yaitu;
1.  Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat  ruang. Mengenal persepsi ruang ini mengandung persoalan-prsoalan psikologis yang penting, terutama penglahatan sifat ruang (dimensi ketiga).
2.  Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu.  Objek-objeknya bersifat tetap, sehingga
      terdapat kestabilan yang luas.
3.  Dunia persepsi berstruktur menurut objek persepsi. Dalam hal ini berbagai keseluruhan berdiri sendiri  menampakkan diri:Gestalt-gestalt. Persepsi gestalt merupakan suatu pembahasan yang penting dalam psikologi persepsi.
4.  Dunia persepsi yang penuh dengan arti. Persepsi tidaklah sama dengan mengonstatir benda dan kejadian tanpa makna. Yang kita persepsi selalu merupakan tanda-tanda, ekspresi, benda-benda dengan fungsi, relasi-relasi yang penuh arti, serta kejadian-kejadian.

E. Bantuk-Bentuk Persepsi
1.  Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.  Persepsi auditori
      Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3.  Persepsi perabaan
      Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4.   Persepsi penciuman
      Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
5.   Persepsi pengecapan
      Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Wilson (2000) mengemukakan ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor eksternal atau dari luar :
1. Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan  
     dibandingkan dengan yang obyektif.
2. Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan dibanding
     dengan hal-hal yang baru.
3.Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya
     persepsi lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
4. Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan    
     lain-lain.
b. Faktor internal atau dari dalam :
1. Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat.
2. Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik
3. Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
4. Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat,
    merasakan dan lain-lain.
Menurut Rahmat (2005) faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah :
1.  Pengalaman. Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu
     akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi.
2.  Motivasi. Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai “dunia yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
3.  Kepribadia.  Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk mengeksternalisasi pengalaman subyektif secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang lain.

Menurut Walgito (1995: 22) terdapat dua yaitu faktor ektern dan intern.
1.  Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut.
Menurut Walgito (2004: 89-90) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu berikut ini:
a. Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).
b. Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).
c. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi
    (psikologis).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Widayatun (1999: 115) meliputi :
1. Intrinsik dan ekstrinsik seseorang (cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan
    dan wawasan)
2. Faktor Ipoleksosbud Hankam
3. Faktor usia
4. Faktor kematangan
5. Faktor lingkungan sekitar
6. Faktor pembawaan
7. Faktor fisik dan kesehatan
8. Faktor proses mental
Krech dan Crutchfield (1977) menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan.

G. Ciri-Ciri Umum Dunia Persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum tertentu dalam dunia persepsi :
1. Modalitas :  rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera,
     yaitu sifat sensori dasar  masing-masing.
2. Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).
3. Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua
     muda, dan lain-lain.
4.  Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
5.  Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti. kita cenderung pengamatan pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan yang ada dalam diri kita.

H. Hukum-Hukum Gestalt
Ada beberapa cara persepsi berdasarkan totalitas Gestalt:
a. Hukum kedekatan (proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung diamati
     sebagai suatu kesatuan.
b.  Hukum kesamaan (similarity): Objek cenderung diamati sebagai totalitas karena
     mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang sama.
c.  Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk yang sudah kita kenal, walau
     hanya nampak sebagian atau tidak sempurna, kita lihat sebagai sempurna.
d.  Hukum kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama dan berkesinambungan, walau
     ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan.
e. Hukum gerak bersama (common fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara dan arah
     yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan.

I. Persepsi Dan Sensasi
Dari segi bahasa, sensasi berasal dari kata sense yang artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungan. Jadi, yang dimaksud dengan sensasi adalah proses menangkap stimuli (rangsang). Misalnya, ketika dua orang sedang berkomunikasi, maka masing-masing dapat melihat fisiknya dengan penglihatan, mendengar suaranya dengan pendengaran, mencium harum parfum yang dipakai dengan penciumannya dan merasakan kehalusan kulitnya ketika bersalaman. Seluruh yang ditangkap oleh indera tersebut disebut stimuli atau rangsang. Terkadang orang dapat menerima dua stimuli sekaligus, misalnya ketika kita sedang menonton TV (stimuli ekternal), datang pula stimuli dari dalam, yaitu ingatan kepada orang tua di kampung yang sedang menderita sakit dan menunggu kedatangan kita.
Selain itu, sensasi dapat pula diartikan sebagai tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh kapasitas alat indera yang berbeda, dan oleh pengalaman atau lingkungan yang berbeda. Masakan yang dirasa sangat pedas oleh lidah orang Yogya terasa biasa-biasa saja oleh lidah orang Minang. Sebaliknya kata-kata keras yang dirasa sopan-sopan saja oleh orang Medan dirasa sangat mengganggu oleh telinga orang Jawa.
Fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular).
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi. Persepsi adalah proses memberi makna kepada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi adalah proses mengubah sensasi menjadi informasi. Ketika kita mendengar orang berkata silat, padahal ia berkata salat, maka kita keliru sensasi, tetapi ketika seorang pria memuji kekasihnya dengan perkataan, engkau adalah wanita tercantik di dunia, tetapi kekasihnya merasa disindir dengan perkataan itu, maka kekasihnya disebut keliru persepsi. Kekeliruan sensasi juga dapat menyebabkan kekeliruan persepsi.
Persepsi bisa keliru disebabkan oleh berbagai faktor; personal, situasional, fungsional maupun struktural. Diantara faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap persepsi adalah perhatian, konsep fungsional      dan konsep struktural.
Persepsi Terhadap Diri Pribadi (self-perception)
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal dengan persepsi. Persepsi didefenisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya persepsi mensyaratkan :
1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita.
2. adanya informasi untuk diinterpretasikan.
3. menyangkut sifat representatif dari penginderaan.
Karenanya persepsi tidak lebih dari sekedar pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Sementara indera kita punya keterbatasan, karenanya bisa jadi pengetahuan yang kita simpulkan bukanlah suatu kenyataan yang sebenarnya.

J. Persepsi Dan Kognisi
Secara singkat persepsi dapat di definisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara menusia memberi arti pada rangsangan. Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk mencari pemahaman terhadap cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristotle telah memuat topik tentang kognisi karena salah satu tujuan tujuan filsafat adalah memahami segala gejala alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri.
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia. Proses berpikir tentunya melibatkan otak dan saraf-sarafnya sebagai alat berpikir manusia oleh karena itu untuk menyelidiki fungsi otak dalam berpikir maka berkembanglah neurosains kognitif. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua bidang ilmu tersebut banyak dimanfaatkan oleh ilmu robot dalam mengembangkan kecerdasan buatan.
Proses kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh manusia dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas ingatan kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Faktor yang memengaruhi kesulitan dan kecepatan pemilihan dan pelaksanaan respon adalah kompleksitas keputusan, perkiraan terhadap respon, trade-off kecepatan dan akurasi, dan feedback yang diperoleh (Groover, 2007). Kompleksitas keputusan dipengaruhi oleh jumlah tindakan yang mungkin dipilih, yang juga berpengaruh terhadap lamanya waktu pengambilan keputusan. Perkiraan terhadap respon dipengaruhi oleh informasi yang diterima. Jika informasi yang diterima telah diperkirakan sebelumnya, pemrosesan informasi akan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak diperkirakan. Trade-off antara kecepatan dan akurasi merupakan korelasi negative antara keduanya pada pemilihan dan pelaksanaan respon. Dalam beberapa situasi, semakin cepat seseorang memilih respon, kemungkinan kesalahan terjadi meningkat. Feedback merupakan efek yang diketahui oleh seseorang sebagai verifikasi atas tindakan yang dilakukannya. Rentang waktu antara tindakan dengan feedback harus diminimasi.
Dalam hubungan antara persepsi dan kognisi, teori medan Lewin menyatakan bahwa proses persepsi dan kognisi berarti proses perombakan medan kognisi yang tidak berstruktur menjadi medan yang berstruktur (Wurjo dan Saefullah, 1983:73).
Persepsi dan kognisi tentang lingkungan merupakan komponen dari orientasi dan pencitraan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat. Persepsi dan kognisi tentang lingkungan sejajar dengan Istilah “kesadaran akan lingkungan” sehingga berinteraksi dengan proses evaluasi yang memuat komponen-komponen kognitip, emosi, dan psikomotor.
Teori psikologi kognitip menurut pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat seselum perang dunia II, berpendapat bahwa persepsi manusia terhadap lingkungannya tidak mengandalkan pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi penginderaan itu di atur, saling dihubungkan, dan diorganisasikan untuk diberi makna, selanjutnya di jadikan awal dari suatu prilaku.

K.  Ilusi
Ilusi adalah suatu kejadian dimana terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia dalam melihat sebuah objek atau benda. Ilusi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ilusi fisiologis dan ilusi kognitif.
1.  Ilusi fisiologis
Ilusi fisiologis, seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan.
2.  Ilusi kognitif
Ilusi kognitif adalah terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar. Pada umumnya ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi paradoks dan ilusi fiksional.
a. Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Contohnya    
     adalah: kubus Necker dan vas Rubin.
b. Pada ilusi distorsi, terdapat distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus lengkung).
     Contohnya adalah: ilusi dinding kafe dan ilusi Mueller -Lyer.
c. Ilusi paradoks disebabkan karena objek yang paradoksikal atau tidak mungkin,
     misalnya pada segitiga Penrose atau 'tangga yang mustahil', seperti misalnya terlihat
      pada karya seni grafis M C Escher, berjudul "Naik dan Turun" serta "Air Terjun".
d. Ilusi fiksional didefinisikan sebagai persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda
     bagi seseorang tapi bukan bagi orang lain, seperti disebabkan karena schizoprenia
     atau halusinogen. Ini lebih tepatnya disebut dengan halusinasi.

2.2 MOTORIK
A. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.

B. Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik  meliputi dua tahapan yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
    besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
    Contohnya  kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
 Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau 
     sebagian  anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
     berlatih. Misalnya,kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
     menyusun balok, menggunting,menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
     sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
1. Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
2. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
 Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
     besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
     Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
 Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
     sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
     berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
     menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
     sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. 
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya :
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
•merangkak
• berdiri dan berjalan beberapa langkah
•berjalan cepat
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
• merangkak di tangga
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• menarik dan mendorong benda-benda
    berat
• melempar bola
• mengambil benda kecil dengan ibu jari atau
    telunjuk
• membuka 2-3 halaman buku secara
    bersamaan
• menyusun menara dari balok
• memindahkan air dari gelas ke gelas lain
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menyalakan TV dan bermain remote
• belajar mengupas pisang

Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• melompat-lompat
• berjalan mundur dan jinjit
• menendang bola
• memanjat meja atau tempat tidur
• naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir
• berdiri dengan 1 kaki
• mencoret-coret dengan 1 tangan
• menggambar garis tak beraturan
• memegang pensil
• belajar menggunting
• mengancingkan baju
• memakai baju sendiri

Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki
• berjalan menyusuri papan
• menangkap bola besar
• mengendarai sepeda
• berdiri dengan 1 kaki
• menggambar manusia
• mencuci tangan sendiri
• membentuk benda dari plastisin
• membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi

Usia 4-5 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat
• seimbang saat berjalan mundur
• melompati rintangan
• melempar dan menangkap bola
• melambungkan bola
• menggunting dengan cukup baik
• melipat amplop
• membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
• memasikkan benang ke lubang be
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
-   Mampu melompat dan menari
-   Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
-   Dapat menghitung jari – jarinya
-   Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
-   Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
-   Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
-   Mampu membedakan besar dan kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
-   Ketangkasan meningkat
-   Melompat tali
-   Bermain sepeda
-   Mengetahui kanan dan kiri
-   Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
-    Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
-    Mulai membaca dengan lancar
-    Cemas terhadap kegagalan
-    Peningkatan minat pada bidang spiritual
-    Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
-    Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
-    Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
-    Ketrampilan lebih individual
-    Ingin terlibat dalam sesuatu
-   Menyukai kelompok dan mode
-   Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
-   Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang berhubungan dengan
     pubertas mulai tampak
-   Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri ,
     dll.
-   Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
-   Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek  peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a). Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat       dalam suatu keadaan.
c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang
     ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a. Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c.  Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d.  Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.

 BAB III
PENUTUP
 3.1  KESIMPULAN
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
Jenis-jenis persepsi berdasarkan alat indera, yaitu persepsi visual, persepsi auditori, persepsi perabaan, persepsi penciuman, dan persepsi pengecapa.
Agar seseorang dapat menyadari dan dapat melakukan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu :
Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulusyang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor.Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus.
Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi.
Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole]. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.
Berdasarkan pembahasan Motorik diatas dapat disimpulkan :
1. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
     besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
2. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
    tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

3.2 SARAN
1.  Kajian-kajian tentang persepsi masih sangat perlu untuk ditingkatkan, karena persepsi sangat penting bagi guru sebagai tenaga pendidik untuk dapat memahami cara berpikir peserta didiknya.
2.  Ketika anak masih bayi harus dilatih melakukan gerakan, karena dengan gerakan tersebut
     bayi dapat memuncilkan imajinasi atau telah mengalami pengembangan motoriknya.
  
DAFTAR PUSTAKA
 Drs. Sobur, Alex, M.Si., Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Saswono W, Sarlto,Pengantar Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 2003.
Drs. Fauji, Ahmad, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1997.
Dr. Sugiyanto, dkk. Perkembangan dan Belajar Motorik. Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah.
Dr, Prof. Gunarm D, Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak: PT BPKGunung Mulia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pastikan komentar anda adalah berupa pertanyaan, koreksi, atau hal serupa lainnya yang bermanfaat bagi anda atau pengguna lainnya dikemudian hari, komentar yang bersifat basa-basi sepert, thanks, semoga bermanfaat, atau hal serupa lainnya akan dihapus.