Breaking

Jumat, 22 Mei 2020

MAKALAH TENTANG KEBUDAYAAN DI INDONESIA DAN PERUBAHAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu yang hidup bermasyarakat selama ia hidup pasti mengalami peubahan-perubahan, perubahan dalam arti yang tidak mencolok atau tidak menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun yang tidak tidak menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan yang lambat sekali, tetapi itu ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan pada masyarakat atau individu hanya akan dapat dilihat apabila seseorang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.
Perubahan-perubahan pada masyarakat tentu dapat mengenali nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekeuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh.Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai budaya, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini.

1.2 Identifikasi Masalah
1. Proses Perubahan Sosial Budaya
2. Perubahan dan Fenomena Sosial


1.3  Batasan Masalah
Jika membahas mengenai perubahan sistem sosial budaya indonesia  ini tentunya sangatlah panjang namun, perlu penulis cantumkan batasan dari pembahasan ini, yaitu antara lain  pengertian perubahan sosial, beberapa bentuk peruabahan sosial dan budaya, faktor-faktor menyebabkan perubahan sosial, faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan, proses peubahan social budaya, perubahan dan fenomena social.

1.4  Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu social budaya dasar, Presentasi serta untuk menambah wawasan dan ilmu tentang Sosial Budaya.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah supaya semua pembaca paham tentang adanya perubahan social dan budaya khususnya pada masyarakat


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat di pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial  lama,kemudian menyesuaikan diri atau  menggunakan pola-pola 
kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.      
Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyrakat untuk meniggalkan 
unsur-unsur  budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya  dan sistem sosial yang baru. Seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkatan individual, kelompok, Negara, dan dunia yang mengalami perubahan.
Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat, perubahan prilaku masyrakat .

2.2.  Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu:
A. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan secara lambat ini yang memerlukan waktu yang sangat lama, dan rentetan-rentetan perubahan yang kecil yang saling engikuti dengan lambat  di namakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi  dengan sendirinya  tanpa  rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha masyarakat  untuk menyesuaikan diri dengan  keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar  atau sendi-sendi  pokok kehidupan masyarakat ( yaitu lembaga-lembaga kemasyrakatan lazimnya disebut ‘revolusi’ ).
                                                                                                                    
B. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur  struktur sosial yang Tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
      C. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak
           Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang 
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan  perubahan didalam masyrakat.Perubahanini dibuat oleh masyarakat sendiri 
 yang  menginginkan perubahan tersebut.  Sedangkan perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa  terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan dan pengawasan masyarakat  dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkamasyarakat.
Dan apabila perubahan yang  tidak direncanakan tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian keadaan tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan masyarakat  itu sendiri, atau dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki lebih diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyakatan yang ada atau dengan cara membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja sama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua  proses tersebut  saling  menghargai.
2.3.  Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya
A. Sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:
1.  Bertambah dan berkurangnya penduduk
2.  Penemuan-penemuan baru
3.  Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat
4.  Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakt itu sendiri

B. Sebab-sebab yang berasal dai luar masyarakat
1.    Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan  fisik yang ada disekitar manusia
2.    Peperangan dengan negara lain
3.    Pengaruh kebudayan masyrakat lain.

2.4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
A. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
1.    Kontak dengan kebudayaan lain
2.    Sistem pendidkan yang maju
3.    Sikap menghargai hasil karya  seseorang  dan keinginan untuk maju
4.    Sistem  lapisan masyarakat yang terbuka
B. Faktor-faktor yang mengahambat terjadinya perubahan
1.    Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2.    Perkembangan ilmu pengetehuan yang terlambat
3.    Sikap masyarakat yang tradisonalistis dan sikap pasrah masyarakat



2.5.  Proses Perubahan Sosial Budaya
Konsep-konsep penting dalam proses perubahan sosial antara lain internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan (cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks.Serta juga ada difusi (diffusion) yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pemabaharuan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).

2.5.1 Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.
Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah individu.individu-individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi atau enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya.

2.5.2.  Proses Evolusi Sosial
Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat dianalisa secara mendetail (makroskopik) tetapi dapat dilihat secara keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik). Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut ”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.
Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep yang berbeda, yaitu :
1)      Kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya),
2)   Kebudayaan sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.

2.5.3.  Proses Difusi
Penyebaran manusia dalam Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia yang pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang telah menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-beda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya, yang berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah satu objek penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi diakronik. Proses difusi dari unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah dari suatu tempat ketempat lain dimuka bumi.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut. Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang berbeda.

2.5.4.  Akulturasi Dan Asimilasi
Akulturasi yaitu Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.

Kalau masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan masalah, yaitu :
1.   Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
2.   Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima oleh suatu masyarakat.
3.   Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
4.   Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam menerimanya.
5.   Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat akulturasi.
Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1.    Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai.
2.    Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
3.    Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam kebudayaan penerima.
4.    Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
5.    Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
Asimilasi Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif saja belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati antara kedua golongan.

2.5.5.   Pembaruan ( inovasi )
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan  penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap discovery dan invension.
Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah :
1)      Kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan;
2)      Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan;
3)      Sistem perangsang bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada di sekelilingnya.
Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi  para individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses evolusi para individu itu pasif, bahkan seringkali negatif.

2.6. Perubahan Dan Fenomena Sosial
Logis sekali kalau contoh-contoh penerimaan perubahan paling besar bila unsur perubahan itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri.Ini dapat merupakan usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis dengan revolusi teknologi yang melanda seluruh dunia, meskipun dampak perubahan itu mungkin terasa dalam masyarakat seluruhnya.Perubahan peranan wanita di Afrika, atau sebenamya juga di Amerika Serikat, dapat dianggap sebagai contoh perubahan seperti itu.Akan tetapi, perubahan sering dipaksakan dari luar kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melalui penaklukan.
Perubahan kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan seperti yang telah dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa.Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme.Penaklukan, pemberontakan dan revolusi.Kolonilasme dan penaklukan biasanya ditandai oleh kemenangan militer Negara penjajah/penakluk dan pemindah tanganan kekuasaan politik tradisional ke tangankolonial/penakluk.Penduduk asli yang ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial dibatasi
dan dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu dan merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa melalui kolonialisme dan penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Politik kolonilalisme dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda, Portugal, Inggris, Perancis,Spanyol dan Amerika serikat.Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara penjajahsampai sekarangmasih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan. Unsur-unsur bahasa, agama, system politik negara colonial dapat ditemukan di negara bekas jajahannya.
Apabila kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaan secara paksa yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul dari dalam masyarakat itu sendiri.Pemberontakan dan revolusi muncul karena kondisi-kondisi yang dianggap kurang menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat.Kondisi yang dimaksud bisa berupa ketidak adilan dalam distribusi (kekayaan/material dan kekuasaan), munculnya perasaan benci pada kelompok yang dianggap sebagai penindas dan hilangnya kepercayaan penguasa. Menurut Haviland (1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetus timbulnya pemberontakan dan revolusi, yaitu :
1)      Hilangnya kewibawaan pejabat-pejabat yang kedudukan-nya mantap, sering sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitan keuangan, pemecatan menteri yang popular, atau perubahan kebijakan yang popular,
2)      Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai. Di Perancis dan Rusia, golongan penduduk, golongan profesi dan pekerja di kota-kota yang nasib ekonominya mengalami perbaikan sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan yang tidak terduga-duga, seperti tajamnya kenaikan pangan dan pengangguran,
3)      Ketidak tegasan pemerintah, seperti kebijaksanaan yang tidak konsisten. Pemerintah yang demikian itu kelihatannya seperti dikendalikan dan tidak mengendalikan peristiwa,
4)      Hilangnya dukungan dari kelas cendekiawan. Kehilangan seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di Perencis danRusia menyebab-kan pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang menyebabkan mereka kehilangan popularitas dilingkungan cendekiawan,
5)   Pemimpin atau kelompok pemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk menggerak kan sebagian besar rakyat ,melawan pemerintah.
Kelima kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis perubahan kebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 (masa reformasi).Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet serta kroninya sudah kehilangan kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap gagal membenahi persoalan ekonomi politik yang terjadi.Tingkat inflasi yang tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara.Rakyat semakin tidak percaya dengan rezim orde baru.Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai mencabut dukungannya serta menuntut untuk segera mundur. Munculnya pemimpin informal yang kharismatik, seperti Amin Rais, Gus Dur,  Megawati Soekarnoputri, Hamengkubuwono X yang memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan rakyat. Dimotori oleh gerakan mahasiswa dan didukung oleh pemimpin karismatik, akhirnya terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang diawali dengan mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.
Salah satu produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan dan digunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan "praktis”.Dengandemikian, tidak salah bila antropologi Inggris sering dipandang sebagai "hamba" politik kolonial negara tersebut, karena mereka umumnya dipaksa menyediakan informasi yangberguna untuk tetap mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di daerah jajahannya. Di Amerika Serikat, para ahli antropologi dari abad-19 sangat mendambakan kegunaan disiplin mereka, dan tidak  jarang mereka turun tangan membantu orang-orang Indian Amerika, tempat mereka bekerja. Awal abad ini, karya Franz Boas, yang hampir seorang diri melatih satu generasi ahli antropologi di Amerika Serikat, telah membantu pemerintah untuk mengubah politik imigrasi negara tersebut.Dalam tahun 1930-an para ahli antropologi menanggapi sejumlah studi yang dilakukan di lingkungan industri dan lembaga-lembaga lainnya, untuk tujuan-tujuan terapan.Timbulnya Perang Dunia II timbullah pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi kolonial di luar perbatasan nenua Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh pegawai-pegawai yang telah mendapat latihan di bidang antropologi.
Timbulnya kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu jugadisebabkan oleh pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur pendudukanAmerika Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk memadu kebudayaan kolonial dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil mungkin, jugatelah berhasil.Meskipun banyak di antara studi itu diakui memang untuk kepentingan sandimiliter, akan tetapi itu semua juga bermanfaat untuk program pengembangan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentang hubungan antara bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidak mengandung pengertian antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan sama sekali.Pertemuan antara kolonialis dengan penduduk pribumi di beberapa tempat sering mengakibatkan kematian besar-besaran, kesengsaraan yang memilukan, dan keruntuhan komunitas atau yang lebih dikenal sebagai "kerusakan kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti di atas yang ditandai dengan terjadinya khaos atau ketidakstabilan sosial dan kecemasan setiap individu, sering diikuti dengan terjadinya pendudukan kolonial.Ini sama sekali tidak berarti, bahwa masyarakat tradisional itu tidak mengenal bentrokan sebelum berhubungan dengan peradaban lain, tetapi berarti bahwa pertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi melalui lembaga-lembaga kebudayaanya.
Kebudayaan asli pada awal-awal terjadinya pendudukan umumnya berantakan,karena lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan atau pertentangan diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak diperbolehkan oleh para penguasa kolonial untuk menangani perubahan baru yang cepat dan tidak pada tempatnya dalam konteks sistem tradisional itu.Perubahan yang terlalu cepat dalam system nilai, misalnya, menyebabkan bagian-bagian lain dari kebudayaan menjadi ketinggalan.
Kadang-kadang penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yang  besar dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana mereka menemukan dan melakukan cara-cara yang kreatif dan cerdik untuk mengkounternya. Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand yang berada di bawah pemerintahan kolonial Inggris.Para misionaris suatu ketikamemperkenalkan sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada masyarakat Trobriand yang menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk berusaha dan sepakat untuk membendung masuknya permainan Inggris secara utuh dengan menjadikannya sebagai suatu pertandingan yang benar-benar bersifat Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai dengan bentuk aslinya di Inggris.Cricket ala Trobriand yang kreatif ini disejajarkan dengan kegiatan-kegiatan yang khas, yang tetap mempertahankan pentingnya pandangan-pandangan pokok dalam kebudayaan pribumi itu.Semua orang yang berkepentingan dengan permainan itu kelihatan gembira dan bangga, dan para pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan siapakah diantara mereka itu mampu mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda persiapan untuk bermain, nyanyian tim yang membawakan lagu-lagu yang bernada "kasar", tari-tarian rombongan yang saling member semangat, tidak dapat diragukan lagi, bahwa setiap pemain bermain demi kepentingannya sendiri, demi kemasyhuran timnya, dan demi ratusan gadis-gadis cantik yang biasanya menonton pertandingan itu.
Kasus-kasus akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari kemenangan militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan parapenakluk, yang tidak mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka kuasai.Rakyatpribumi, yang tidak mampu menolak perubahan-perubahan yang dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan tradisional mereka di bidan sosial, agama dan ekonomi juga turut dibatasi, sehingga mereka dengan terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu dan mengoyak-koyak integrasi sosialnya.Sistem perbudakan di Amerika Serikatpada masa kolonialnya, merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi penjelasan tentang masalah hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah "inferioritas rasial."Perlu juga saya kemukakan di sini, bahwa sistem perbudakan yang terjadi di Amerika pada awalnya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negara bagian, seperti di daerah-daerah perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerah pantai Amerika Selatan.

BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Dalam makalah ini kami menyimpulkan Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu.. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat manusia menelusuri hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang pesat hidup. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan kekuatan kelembagaan dalam masyarakat.
Perubahan sosial adalah suatu proses yang luas,lengkap yang mencakup suatu tatanan kehidupan manusia. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi pendidikan yang berlangsung. Sebagai bagian dari pranata sosial, tentunya pendidikan akan ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya, pendidikan sebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadi agen penting yang ikut menentukan perubahan social masyarakat ke depan.
Budaya sangat erat sekali dengan kehidupan kita di masyarakat.Kebudayaan ini pasti terdapat di dalam masyarakat di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, marilah kita jaga bersama budaya yang telah kita miliki dan janganlah kita serahkan kebudayaan ini kepada Negara lain.
3.2. SARAN
Penulis menyarankan supaya kita semua baik penulis maupun pembaca mau untuk menjaga budaya kita  dan janganlah menghilangkannya Karena itu merupakan hal yang sangat berharga sekali.Penulis juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masalah budaya khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
                                                         DAFTAR PUSTAKA

Soelaeman, Munandar. 2005 Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama. Bandung
Sjafri Sairin,  2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia:Perspektif Antropologi. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
http://wikan2004.multiply.com/journal/item/2/Ringkasan Materi_Perubahan _Sosial_Budaya Enoh, Moh. 1994. Geografi regional asia Sub Region Jepang Surabaya :IKIP



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pastikan komentar anda adalah berupa pertanyaan, koreksi, atau hal serupa lainnya yang bermanfaat bagi anda atau pengguna lainnya dikemudian hari, komentar yang bersifat basa-basi sepert, thanks, semoga bermanfaat, atau hal serupa lainnya akan dihapus.