Breaking

Selasa, 11 Februari 2014

MAKALAH PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
 1. 1. Latar Belakang
Jika mereka mengunjungi kelas dan mengamati guru yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar, serta mengisi insrtumen yang dibawa, berarti mereka sudah melaksanakan kegiatan supervisi pengajaran.
Pemahaman konsep supervisi seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas perlu diluruskan. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan supervisor dalam contoh tersebut belum dapat dikatakan kegiatan supervisi pengajaran, sebab belum memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas penampilan guru dalam mengajar.
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Begitu pula siswa, sebagai generasi bangsa masa yang akan datang, perlu dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada di lingkungannya.
Sekolah sebagai lembaga yang diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan generasi penerus perlu terlebih dahulu berbenah diri, antara lain membekali guru-guru dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memperlancar tugas mereka sebagai guru. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan profesional guru adalah melalui supervisi.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Pengertian dan latar belakang perlunya supervisi pendidikan
b.      Tujuan, peranan dan prinsip supervisi pendidikan
c.       Proses supervisi pendidikan
d.      Teknik-teknik supervisi pendidikan
e.       Peranan guru dalam supervisi pendidikan

1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian dan latar belakang perlunya supervisi pendidikan
b. Untuk memahami tujuan, peranan dan prinsip supervisi pendidikan
c. Untuk memahami proses supervisi pendidikan
d. Untuk mempelajari teknik-teknik supervisi pendidikan
e. Mengetahui peranan guru dalam supervisi pendidikan
f.  Memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Profesi Kependidikan

 BAB II
PEMBAHASAN
 2.1. Pengertian Supervisi Pengajaran
Supervisi pengajaran dalam kenyataannya sering dilaksanakan berbeda dengan  pengertian supervisi lain. Bagi sebagian supervisor di lapangan mengartikan supervisi dengan kegiatan yang sederhana sekali.  Jika mereka mengunjungi kelas dan mengamati guru yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar, serta mengisi insrtumen yang dibawa, berarti mereka sudah melaksanakan kegiatan supervisi pengajaran.
Pemahaman konsep supervisi seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas perlu diluruskan. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan supervisor dalam contoh tersebut belum dapat dikatakan kegiatan supervisi pengajaran, sebab belum memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas penampilan guru dalam mengajar. Supervisi pengajaran menurut Daresh yang dikutip oleh Bafadal (1992) merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran.
Glickman dalam Bafadal (1992) mengemukakan bahwa supervisi pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang membantu guru meningkatkan kemampuan mengelola proses belajat mengajar. Adapun yang dikutip Bafadal (1992) mendefinisikan supervisi sebagai perbaikan program pengajaran. Neagley yang dikutip oleh Pidarta (1992) mengemukakan bahwa setiap pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dari kurikulum dikatakan supervisi.
Supervisi pengajaran perlu dilaksanakan dengan beberapa alasan, yaitu :
1. Hakikat individu
    Guru adalah manusia biasa, pada hakekatnya manusia biasa tidak ada yang   
    sempurna.Begitu pula guru, biasanya guru-guru mempunyai kelebihan dan
    kekurangan,baik dalam hal pengetahuan maupun dalam kemampuan profesional.
    Kelebihan dan kekurangan tersebut perlu dibina dan ditingkatkan melalui kegiatan
    supervisi.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Begitu pula siswa,  sebagai generasi bangsa masa yang akan datang,perlu dipersiapkan sedemikian rupa,sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada di lingkungannya.
Sekolah sebagai lembaga yang diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan generasi penerus perlu terlebih dahulu berbenah diri,antara lain membekali guru-guru dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memperlancar tugas mereka sebagai guru.Salah satu cara yang dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan profesional guru adalah melalui supervisi.

3. Pertumbuhan jabatan
Pertumbuhan jabatan merupakan salah satu aspek yang diduga ikut mempengaruhi motivasi kerja guru. Karena itu, pertumbuhan jabatan perlu mendapat perhatian agar mereka dapat berkembang sesuai dengan kemampuan profesionalnya. Salah satu wujud perhatian terhadap pertumbuhan jabatan guru tersebut ditunjukkan dengan memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi kepada guru terutama yang mengalami kesulitan dalam pertumbuhan jabatannya.

2.2.Tujuan, Peranan dan Prinsip Supervisi Pendidikan
1. Tujuan supervisi
Secara garis besar tujuan supervisi dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menurut Rifai (1982) adalah membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik. Selanjutnya Bafadal (1992) mengatakan bahwa tujuan supervisi adalah untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan yang ditetapkan bagi murid-muridnya.

Menurut Rifai (1982) tujuan khusus supervisi adalah sebagai berikut :

a. Membantu guru agar dapat lebih mengerti tujuan dan fungsi sekolah dalam usaha
    mencapai tujuan pendidikan.
b. Membantu agar guru lebih menyadari dan mengerti kebutuhan-kebutuhan siswa  
    serta masalah yang dihadapinya.
c. Melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dalam rangka   
    meningkatkan kegiatan profesional di sekolah dan menjaga hubungan staf yang
     kreatif untuk meningkatkan kemampuan masing-masing.
d. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan dan
    mengembangkan keampuan tersebut.
e. Mambantu guru meningkatkan kamampuan mengajar di depan kelas.
f. Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan diri
    dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal.
g. Membantu guru menemukan kesulitan belajar siswa dan menemukan tindakan
    perbaikannya.

2. Peranan supervisi
Menurut Rifai (1982) peranan supervisi ada 7 macam :
a. Supervisi sebagai kepemimpinan
    Supervisor sebagai pemimpin hendaklah mempunyai kemampuan menggerakkan   
    atau mempengaruhi guru agar mau menigkatkan kemampuan profesionalnya,
    sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan efektif. Tanpa adanya
    kepemimpinan dari supervisor, kegiatan supervisi tidak akan efektif.

b. Supervisi sebagai inspeksi
     Supervisi dapat diawali dengan inspeksi. Tujuan inspeksi dalam hal ini adalah untuk
     mendapatkan data/ informasi mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar  yang
     dilaksanakan guru. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan tindak lanjut yang
     akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan guru.

c. Supervisi sebagai penelitian
    Supervisi berperan sebagai penelitian, terutama untuk mengetahui objektivitas dan
    relevansi data dengan permasalahan yang ditemui pada waktu inspeksi.

d. Supervisi sebagai latihan dan bimbingan
     Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian dapat ditentukan
     tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan untuk pembinaan/ peningkatan   
      kemampuan guru dalam mengelolaan proses belajar mengajar. Peningkatan
     kemampuan guru dilakukan melalui latihan-latihan atau bimbingan agar menjadi
     lebih efektif.

e. Supervisi sebagai sumber dan pelayanan
    Dalam proses supervisi, supervisor dapat berperan sebagai sumber informasi,
    sumber ide, sumber petunjuk dalam berbagai hal dalam rangka peningkatan
    kemampuan profesional guru.

f. Supervisi sebagai koordinasi
    Kepala sekolah sebagai supervisor harus memimpin sejumlah guru/ staf yang masing-
    masingnya mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Supervisor
    haruslah memberikan bantuana dan pembinaan kepada guru dan tetap menjaga agar
    setiap guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam situasi kerja yang
    kooperatif.

g. Supervisi sebagai evaluasi
    Untuk mengetahui kemampuan guru yang akan dibina perlu dilakukan evaluasi
     sehingga program supervisi  cocok dengan kebutuhan guru. Selain itu melalui
     evaluasi dapat pula diketahui kemampuan guru setelah mendapatkan bantuan dan
     latihan dari supervisor.

3. Prinsip- prinsip Supervisi Pendidikan
 Supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu atau berpedoman pada prinsip-prinsip supervisi. Menurut Rifai (1982) prinsip-prinsip supervisi secara garis besar dapat dibedakan atas dua yaitu prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental merupakan dasar pokok dari semua prinsip-prinsip yang ada yakni pancasila. Dalam hal ini setiap aktivitas supervisi yang dilakukan harus senantiasa berpedoman kepada Pancasila. Artinya, anggapan, sikap, dan tindakan supervisor  tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Prinsip praktis juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip positif dan prinsip negatif. Prinsip positif adalah prinsip yang patut diikuti supervisor, sedangkan prinsip negatif adalah prinsip yang perlu dihindari.
a. Prinsip positif
1) Supervisi harus konsrtuktif dan kreatif
2) Supervisi hendaknya lebih berdasarkan sumber-sumber kolektif dari kelompok  
     daripada usaha-usaha supervisor sendiri.
3) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional daripada atas hubungan
     pribadi
4) Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan yang dipimpin
5) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada anggota kelompoknya
6) Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan guru-guru
7) Supervisi harus didasarkan pada keadaan yang riil dan sebenarnya
8) Supervisi hendaklah sederhana dan informal dalam pelaksaannya
9) Supervisi hendaklah obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri

b.  Prinsip negatif
Soetopo dan Soemarto (1988) mengemukakan beberapa prinsip negatif supervisi yaitu :
1) Supervisor tidak boleh bersikap otoriter,
2) Supervisor tidak boleh mencari-cari kesalahan pada guru
3) Supervisor bukan inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa apakah peraturan-
     peraturan dan instruksi-instruksi  yang telah diberikan dilaksanakan atau tidak,
4) Supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru-guru oleh karena
     jabatannya,
5) Supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara
     guru mengajar
6) Supervisor tidak boleh lekas kecewa bila ia mengalami kegagalan

2.3. Proses Supervisi Pendidikan
Supervisi menurut Rifai (1982) merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan kepada suatu tujuan. Secara garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat dibagi atas tiga, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Perencaan supervisi pendidikan
Perencanaan supervisi perlu disusun oleh supervisor agar pelaksaan supervisi dapat terarah. Pelaksaan supervisi diawali dengan perencaan diduga dapat mengecewakan banyak pihak, seperti guru, supervisor dan bahkan siswa yang secara tidak langsung memerlukan peningkatan kemampuan mengajar gurunya.

Mengingat perencanaan merupakan pedoman dan arah dalam pelaksanaan, maka ada bebrapa hal yang harus dicantumkan dalam perencanaan supervisi, yaitu :
a) Tujuan supervisi
b) Alasan mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan.
c) Bagaimana (metode/teknik) mencapai tujuan yang telah dirumuskan
d) Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegaitan yang akan
     dilakukan
e) Waktu pelaksanaan
f) Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksaannya serta cara memperoleh hal-hal tersebut.

2. Pelaksanaan supervisi pendidikan
Rifai (1982) mengemukakan pelaksanaan supervisi pendidikan mengikuti beberapa kegiatan, sebagai berikut :
a) Pengumpulan data
     Proses supervisi diawali dengan pengumpulan data untuk menemukan berbagai
     kekurangan dan kelemahan guru. Data yang dikumpulkan adalah mengenai
     keseluruhan situasi belajar mengajar.

b) Penilaian
     Data yang sudah dikumpulkan diolah, kemudian dinilai. Penilaian ini dilakukan
     terhadap keberhasilan murid, keberhasilan guru, serta faktor-faktor penunjang dan
     penghambat dalam proses belajar mengajar.

 c) Deteksi kelemahan
     Pada tahap ini supervisor mendeteksi kelemahan atau kekurangan guru dalam
     mengajar. Dalam rangka mendeteksi kelemahan, supervisor memperhatikan
     beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas guru yaitu : penampilan guru
      di depan kelas, penguasan materi, penggunaan metode, hubungan antar personil dan
      administrasi kelas.

d) Memperbaiki kelemahan
     Jika melalui deteksi ditemukan kelemahan dan kekurangan, maka pada tahap ini
     dilakukan perbaikan atau peningkatan kemampuan.

e) Bimbingan dan pengembangan
     Supervisor perlu memberikan bimbingan kepada guru agar apa yang diperolehnya
     diterapkan/ diaplikasikan dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Dalam rangka penggunaan beberapa teknik supervisi, dapat menpedomani beberapa pendekatan. Sutjipto (1993) mengemukakan empat pendekatan supervisi yaitu :

Ø  Pendekatan humanistik, didasarkan pada asumsi bahwa guru mengalami pertumbuhan secara terus menerus, tugas supervisor adalah membimbing guru agar guru dapat berdiri sendiri.
Ø  Pendekatan kompetensi, didasarkan atas asumsi bahwa supervisi bertujuan membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga guru dapat menguasai kompetensi tersebut secara bertahap.
Ø  Pendekatan klinis, didasarkan pada asumsi bahwa guru akan tumbuh dan berkembang dalam jabatannya melalui proses belajar.

3. Evaluasi
Pada akhir proses supervisi dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tujuan yang sudah dicapai, hal-hal yang sudah dilakukan dan hal yang belum dilaksanakan. evaluasi supervisi dilakukan untuk semua aspek, meliputi evaluasi hasil, proses dan pelaksanaan.
Teknik evaluasi yang dilakukan : wawancara, angket, observasi penampilan dan tingkah laku guru, kunjungan kelas, dan memperhatikan reaksi dan pendapat pihak ketiga seperti sesama guru, pegawai, dan orang tua.

2.4.Teknik-teknik Supervisi Pendidikan
Dilihat dari jumlah orang yang disupervisi, teknik supervisi dapat dibedakan atas dua yaitu : teknik individual dan teknik kelompok. Sedangkan dilihat dari langsung tidaknya supervisor menghadapi orang yang disupervisi, teknik supervisi dibedakan atas dua pula yaitu teknik langsung dan teknik tidak langsung.

1. Teknik individual
Ada beberapa teknik supervisi yang tergolong ke teknik individual,  yaitu kunjungan kelas. Supervisor datang ke kelas dan memperhatikan guru yang sedang mengajar. Melalui kunjungan kelas,supervisor akan memperoleh banyak informasi mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.
1) Kunjungan kelas yang direncanakan/di persiapkan terlebih dahulu. Kunjungan kelas
     yang dipersiapkan ini dapat dibedakan atas tiga yaitu :
Ø  Kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah dan diberitahukan kepada guru.
Ø  Kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah tetapi tidak diberitahukan kepada guru.
Ø  Direncanakan oleh guru dan mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelas.
2) Kunjungan kelas tanpa perencanaan/persiapan. Tujuan kunjungan kelas seperti ini
      bermacam-macam.
3) Observasi kelas. Supervisor mengamati suasana kelas selama pelajaran berlangsung.

Menurut sahertian (1981) observasi kelas dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
 a) observasi langsung dan tidak langsung.
b) Percakapan pribadi.
     Adam dan Dickey yang dikutip oleh Sahertian (1981) mengatakan bahwa salah satu   
     alat yang penting dalam supervisi adalah percakapan pribadi.
c) Saling mengunjungi kelas
     Guru-guru saling mengunjungi antara satu dengan yang lain yang sedang mengajar.
     Ini dapat dilakukan di sekolah sendiri atau mengunjungi guru di sekolah lain.

d) Menilai diri sendiri
     Dalam hal ini guru menilai dirinya sendiri dengan harapan dapat membantu guru   
     dalam memperbaiki kemampuannya.

2. Teknik kelompok
Teknik kelompok menurut Sahertian (1981) adalah teknik-teknik yang digunakan atau dilaksanakan oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik yang bersifat kelompok antara lain :
a) Pertemuan orientasi bagi guru baru.
b) Rapat guru.
c) Studi antar kelompok guru.
d) Seminar.
e) Diskusi panel.
f)  Buletin supervisi.
g) Demonstrasi mengajar.
h) Perpustakaan jabatan.
i)  Perjalanan sekolah untuk anggota staf.

2.5. Peranan Guru Dalam Supervisi Pendidikan
Supervisi bertujuan membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya agar situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Keberhasilan supervisor mencapai tujuan supervisi dipengaruhi berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor guru yang disupervisi. Dalam hal ini dituntut berbagai peran dan partisipasi guru dalam mendukung pelaksanaan supervisi. Peranan dan partisipasi guru tersebut dapat dilihat dari setiap fase dalam proses supervisi, sebagai berikut :

 1.  Fase Perencanaan
Penyusunan perencanaan supervisi memerlukan berbagai data dan informasi, terutama yan berkaitan dengan guru dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan dan kesediaan guru-guru untuk memberikan data dan informasi mengenai permasalahan dan kesulitan yang mereka temui dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.

2. Fase Pelaksanaan
Perlaksanaan supervisi memerlukan kerja sama yang baik antara guru dan supervisor. Guru-guru perlu menyadari bahwa kehadiran supervisor di sekolah bertujuan membantu dan membina kemampuan guru, bukan mencari-cari kesalahan.

3. Fase Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan supervisi memberikan manfaat bagi supervisor dan guru. Supervisor dapat mengetahui target yang sudah dicapai dalam pelaksanaan peningkatan kemampuannya. Dalam hal ini guru diharapkan dapat menerima hasil evaluasi secara terbuka, dan bersedia menerima saran dan arahan supervisor untuk perbaikannya.
 BAB III
PENUTUP
 3.1. Kesimpulan
Glickman dalam Bafadal (1992) mengemukakan bahwa supervisi pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang membantu guru meningkatkan kemampuan mengelola proses belajat mengajar. Adam yang dikutip Bafadal (1992) mendefinisikan supervisi sebagai perbaikan program pengajaran. Neagley yang dikutip oleh Pidarta (1992) mengemukakan bahwa setiap pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dari kurikulum dikatakan supervisi.
Supervisi bertujuan membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya agar situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Keberhasilan supervisor mencapai tujuan supervisi dipengaruhi berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor guru yang disupervisi. Dalam hal ini dituntut berbagai peran dan partisipasi guru dalam mendukung pelaksanaan supervisi.

3.2. Saran

Ø  Teruslah tingkatkan kedisiplinan untuk membangun system pendidikan di Indonesia agar terus maju.

Ø  Jika dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahannya, kami mengharapkan saran dan kritiknya. 
DAFTAR PUSTAKA
 Balitbang Depdiknas. 2001. Data Standardisasi Kompetensi Guru. 
(http://www.depdiknas.go.id.html).
Berliner, David. 2000. Educational Reform in an Era of Disinformation.
(http://www.olam.asu.edu/epaa/v1n2.html). 
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Depdiknas.
Fullan & Stiegerbauer.1991. The New Meaning of Educational Change. Boston: Houghton Mifflin Company.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal, Akuntabiliras Profesi. Makalah Seminar Nasional. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.
Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Supriadi, Dedi. 2002. Laporan Akhir Tahun Bidang Pendidikan & Kebudayaan. Artikel. Jakarta : Kompas.
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala
Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Surya, Mohamad. 2002. Peran Organisasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Seminar Lokakarya Internasional. Semarang : IKIP PGRI.
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Wardani, IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.
Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your Child’s Scholl. New York: A Plime Book.
Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pastikan komentar anda adalah berupa pertanyaan, koreksi, atau hal serupa lainnya yang bermanfaat bagi anda atau pengguna lainnya dikemudian hari, komentar yang bersifat basa-basi sepert, thanks, semoga bermanfaat, atau hal serupa lainnya akan dihapus.