BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Jika mereka
mengunjungi kelas dan mengamati guru yang sedang melaksanakan proses belajar
mengajar, serta mengisi insrtumen yang dibawa, berarti mereka sudah melaksanakan
kegiatan supervisi pengajaran.
Pemahaman konsep
supervisi seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas perlu diluruskan.
Sebenarnya kegiatan yang dilakukan supervisor dalam contoh tersebut belum dapat
dikatakan kegiatan supervisi pengajaran, sebab belum memberikan pengaruh
terhadap peningkatan kualitas penampilan guru dalam mengajar.
Kehidupan
manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Begitu pula siswa, sebagai generasi bangsa masa yang akan datang, perlu
dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang ada di lingkungannya.
Sekolah
sebagai lembaga yang diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan generasi
penerus perlu terlebih dahulu berbenah diri, antara lain membekali guru-guru
dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memperlancar tugas
mereka sebagai guru. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru adalah melalui supervisi.
1.2. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut :
a.
Pengertian dan latar belakang perlunya supervisi pendidikan
b. Tujuan,
peranan dan prinsip supervisi pendidikan
c. Proses
supervisi pendidikan
d. Teknik-teknik
supervisi pendidikan
e.
Peranan guru dalam supervisi pendidikan
1.3. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian dan latar
belakang perlunya supervisi pendidikan
b. Untuk memahami tujuan, peranan dan
prinsip supervisi pendidikan
c. Untuk memahami proses supervisi
pendidikan
d. Untuk mempelajari teknik-teknik
supervisi pendidikan
e. Mengetahui peranan guru dalam
supervisi pendidikan
f. Memenuhi nilai tugas pada mata
kuliah Profesi Kependidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Supervisi Pengajaran
Supervisi
pengajaran dalam kenyataannya sering dilaksanakan berbeda dengan pengertian supervisi lain. Bagi sebagian
supervisor di lapangan mengartikan supervisi dengan kegiatan yang sederhana
sekali. Jika mereka mengunjungi kelas
dan mengamati guru yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar, serta
mengisi insrtumen yang dibawa, berarti mereka sudah melaksanakan kegiatan
supervisi pengajaran.
Pemahaman
konsep supervisi seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas perlu diluruskan.
Sebenarnya kegiatan yang dilakukan supervisor dalam contoh tersebut belum dapat
dikatakan kegiatan supervisi pengajaran, sebab belum memberikan pengaruh
terhadap peningkatan kualitas penampilan guru dalam mengajar. Supervisi pengajaran
menurut Daresh yang dikutip oleh Bafadal (1992) merupakan upaya membantu
guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran.
Glickman
dalam Bafadal (1992) mengemukakan bahwa supervisi pengajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang membantu guru meningkatkan kemampuan mengelola proses
belajat mengajar. Adapun yang dikutip Bafadal (1992) mendefinisikan supervisi
sebagai perbaikan program pengajaran. Neagley yang dikutip oleh Pidarta (1992)
mengemukakan bahwa setiap pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan
menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dari kurikulum dikatakan
supervisi.
Supervisi pengajaran perlu dilaksanakan
dengan beberapa alasan, yaitu :
1. Hakikat individu
Guru
adalah manusia biasa, pada hakekatnya manusia biasa tidak ada yang
sempurna.Begitu pula guru, biasanya guru-guru mempunyai kelebihan dan
kekurangan,baik dalam hal pengetahuan maupun dalam kemampuan profesional.
Kelebihan
dan kekurangan tersebut perlu dibina dan ditingkatkan melalui kegiatan
supervisi.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Kehidupan
manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Begitu pula siswa, sebagai generasi
bangsa masa yang akan datang,perlu dipersiapkan sedemikian rupa,sehingga
mereka mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada di lingkungannya.
Sekolah
sebagai lembaga yang diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan generasi
penerus perlu terlebih dahulu berbenah diri,antara lain membekali guru-guru
dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memperlancar tugas
mereka sebagai guru.Salah satu cara yang dianggap efektif untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru adalah melalui supervisi.
3. Pertumbuhan jabatan
Pertumbuhan
jabatan merupakan salah satu aspek yang diduga ikut mempengaruhi motivasi kerja
guru. Karena itu, pertumbuhan jabatan perlu mendapat perhatian agar mereka
dapat berkembang sesuai dengan kemampuan profesionalnya. Salah satu wujud
perhatian terhadap pertumbuhan jabatan guru tersebut ditunjukkan dengan
memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi kepada guru terutama yang mengalami
kesulitan dalam pertumbuhan jabatannya.
2.2.Tujuan,
Peranan dan Prinsip Supervisi Pendidikan
1. Tujuan supervisi
Secara garis
besar tujuan supervisi dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum menurut Rifai (1982) adalah membantu guru meningkatkan kemampuannya
agar menjadi guru yang lebih baik. Selanjutnya Bafadal (1992) mengatakan bahwa
tujuan supervisi adalah untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai
tujuan yang ditetapkan bagi murid-muridnya.
Menurut Rifai (1982) tujuan khusus supervisi
adalah sebagai berikut :
a. Membantu guru agar dapat lebih
mengerti tujuan dan fungsi sekolah dalam usaha
mencapai
tujuan pendidikan.
b. Membantu agar guru lebih menyadari
dan mengerti kebutuhan-kebutuhan siswa
serta
masalah yang dihadapinya.
c. Melaksanakan kepemimpinan efektif
dengan cara yang demokratis dalam rangka
meningkatkan
kegiatan profesional di sekolah dan menjaga hubungan staf yang
kreatif
untuk meningkatkan kemampuan masing-masing.
d. Menemukan kemampuan dan kelebihan
tiap guru dan memanfaatkan dan
mengembangkan
keampuan tersebut.
e. Mambantu guru meningkatkan kamampuan
mengajar di depan kelas.
f. Membantu guru baru dalam masa
orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan diri
dengan
tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal.
g. Membantu guru menemukan kesulitan
belajar siswa dan menemukan tindakan
perbaikannya.
2. Peranan supervisi
Menurut Rifai (1982) peranan supervisi ada 7
macam :
a. Supervisi sebagai kepemimpinan
Supervisor
sebagai pemimpin hendaklah mempunyai kemampuan menggerakkan
atau
mempengaruhi guru agar mau menigkatkan kemampuan profesionalnya,
sehingga
proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan efektif. Tanpa adanya
kepemimpinan
dari supervisor, kegiatan supervisi tidak akan efektif.
b. Supervisi sebagai inspeksi
Supervisi
dapat diawali dengan inspeksi. Tujuan inspeksi dalam hal ini adalah untuk
mendapatkan
data/ informasi mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan
guru. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan tindak lanjut yang
akan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan guru.
c. Supervisi sebagai penelitian
Supervisi
berperan sebagai penelitian, terutama untuk mengetahui objektivitas dan
relevansi
data dengan permasalahan yang ditemui pada waktu inspeksi.
d. Supervisi sebagai latihan dan bimbingan
Berdasarkan
kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian dapat ditentukan
tindakan-tindakan
apa yang akan dilakukan untuk pembinaan/ peningkatan
kemampuan
guru dalam mengelolaan proses belajar mengajar. Peningkatan
kemampuan
guru dilakukan melalui latihan-latihan atau bimbingan agar menjadi
lebih
efektif.
e. Supervisi sebagai sumber dan
pelayanan
Dalam
proses supervisi, supervisor dapat berperan sebagai sumber informasi,
sumber
ide, sumber petunjuk dalam berbagai hal dalam rangka peningkatan
kemampuan
profesional guru.
f. Supervisi sebagai koordinasi
Kepala
sekolah sebagai supervisor harus memimpin sejumlah guru/ staf yang masing-
masingnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Supervisor
haruslah
memberikan bantuana dan pembinaan kepada guru dan tetap menjaga agar
setiap
guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam situasi kerja yang
kooperatif.
g. Supervisi sebagai evaluasi
Untuk
mengetahui kemampuan guru yang akan dibina perlu dilakukan evaluasi
sehingga
program supervisi cocok dengan kebutuhan
guru. Selain itu melalui
evaluasi
dapat pula diketahui kemampuan guru setelah mendapatkan bantuan dan
latihan
dari supervisor.
3. Prinsip- prinsip Supervisi Pendidikan
Supervisor dalam melaksanakan supervisi
hendaknya bertumpu atau berpedoman pada prinsip-prinsip supervisi. Menurut Rifai
(1982) prinsip-prinsip supervisi secara garis besar dapat dibedakan atas dua
yaitu prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental merupakan
dasar pokok dari semua prinsip-prinsip yang ada yakni pancasila. Dalam hal ini
setiap aktivitas supervisi yang dilakukan harus senantiasa berpedoman kepada
Pancasila. Artinya, anggapan, sikap, dan tindakan supervisor tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.
Prinsip
praktis juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip positif dan prinsip
negatif. Prinsip positif adalah prinsip yang patut diikuti supervisor,
sedangkan prinsip negatif adalah prinsip yang perlu dihindari.
a. Prinsip positif
1) Supervisi harus konsrtuktif dan
kreatif
2) Supervisi hendaknya lebih berdasarkan
sumber-sumber kolektif dari kelompok
daripada
usaha-usaha supervisor sendiri.
3) Supervisi harus didasarkan atas
hubungan profesional daripada atas hubungan
pribadi
4) Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi
kelebihan yang dipimpin
5) Supervisi harus dapat memberikan
perasaan aman pada anggota kelompoknya
6) Supervisi hendaklah memperhatikan
kesejahteraan guru-guru
7) Supervisi harus didasarkan pada
keadaan yang riil dan sebenarnya
8) Supervisi hendaklah sederhana dan
informal dalam pelaksaannya
9) Supervisi hendaklah obyektif dan
sanggup mengevaluasi diri sendiri
b. Prinsip negatif
Soetopo dan Soemarto (1988) mengemukakan
beberapa prinsip negatif supervisi yaitu :
1) Supervisor tidak boleh bersikap otoriter,
2) Supervisor tidak boleh mencari-cari
kesalahan pada guru
3) Supervisor bukan inspektur yang
ditugaskan untuk memeriksa apakah peraturan-
peraturan
dan instruksi-instruksi yang telah
diberikan dilaksanakan atau tidak,
4) Supervisor tidak boleh menganggap
dirinya lebih dari guru-guru oleh karena
jabatannya,
5) Supervisor tidak boleh terlalu banyak
memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara
guru
mengajar
6) Supervisor tidak boleh lekas kecewa
bila ia mengalami kegagalan
2.3. Proses Supervisi
Pendidikan
Supervisi
menurut Rifai (1982) merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang
teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan kepada
suatu tujuan. Secara garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat dibagi
atas tiga, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Perencaan supervisi pendidikan
Perencanaan
supervisi perlu disusun oleh supervisor agar pelaksaan supervisi dapat terarah.
Pelaksaan supervisi diawali dengan perencaan diduga dapat mengecewakan banyak
pihak, seperti guru, supervisor dan bahkan siswa yang secara tidak langsung
memerlukan peningkatan kemampuan mengajar gurunya.
Mengingat perencanaan merupakan pedoman dan
arah dalam pelaksanaan, maka ada bebrapa hal yang harus dicantumkan dalam
perencanaan supervisi, yaitu :
a) Tujuan supervisi
b) Alasan mengapa kegiatan tersebut
perlu dilaksanakan.
c) Bagaimana (metode/teknik) mencapai
tujuan yang telah dirumuskan
d) Siapa yang akan
dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegaitan yang akan
dilakukan
e) Waktu pelaksanaan
f) Hal-hal yang diperlukan dalam
pelaksaannya serta cara memperoleh hal-hal tersebut.
2. Pelaksanaan supervisi pendidikan
Rifai (1982)
mengemukakan pelaksanaan supervisi pendidikan mengikuti beberapa kegiatan, sebagai
berikut :
a) Pengumpulan data
Proses
supervisi diawali dengan pengumpulan data untuk menemukan berbagai
kekurangan
dan kelemahan guru. Data yang dikumpulkan adalah mengenai
keseluruhan
situasi belajar mengajar.
b) Penilaian
Data
yang sudah dikumpulkan diolah, kemudian dinilai. Penilaian ini dilakukan
terhadap
keberhasilan murid, keberhasilan guru, serta faktor-faktor penunjang dan
penghambat
dalam proses belajar mengajar.
c) Deteksi kelemahan
Pada
tahap ini supervisor mendeteksi kelemahan atau kekurangan guru dalam
mengajar.
Dalam rangka mendeteksi kelemahan, supervisor memperhatikan
beberapa
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas guru yaitu : penampilan guru
di
depan kelas, penguasan materi, penggunaan metode, hubungan antar personil dan
administrasi
kelas.
d) Memperbaiki kelemahan
Jika
melalui deteksi ditemukan kelemahan dan kekurangan, maka pada tahap ini
dilakukan
perbaikan atau peningkatan kemampuan.
e) Bimbingan dan pengembangan
Supervisor
perlu memberikan bimbingan kepada guru agar apa yang diperolehnya
diterapkan/
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Dalam rangka penggunaan beberapa teknik
supervisi, dapat menpedomani beberapa pendekatan. Sutjipto (1993) mengemukakan
empat pendekatan supervisi yaitu :
Ø Pendekatan
humanistik, didasarkan pada asumsi bahwa guru mengalami pertumbuhan secara
terus menerus, tugas supervisor adalah membimbing guru agar guru dapat berdiri
sendiri.
Ø Pendekatan kompetensi,
didasarkan atas asumsi bahwa supervisi bertujuan membentuk kompetensi minimal
yang harus dikuasai guru. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan
sedemikian rupa sehingga guru dapat menguasai kompetensi tersebut secara
bertahap.
Ø Pendekatan
klinis, didasarkan pada asumsi bahwa guru akan tumbuh dan berkembang dalam
jabatannya melalui proses belajar.
3. Evaluasi
Pada akhir
proses supervisi dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tujuan
yang sudah dicapai, hal-hal yang sudah dilakukan dan hal yang belum
dilaksanakan. evaluasi supervisi dilakukan untuk semua aspek, meliputi evaluasi
hasil, proses dan pelaksanaan.
Teknik
evaluasi yang dilakukan : wawancara, angket, observasi penampilan dan tingkah
laku guru, kunjungan kelas, dan memperhatikan reaksi dan pendapat pihak ketiga
seperti sesama guru, pegawai, dan orang tua.
2.4.Teknik-teknik
Supervisi Pendidikan
Dilihat dari
jumlah orang yang disupervisi, teknik supervisi dapat dibedakan atas dua yaitu
: teknik individual dan teknik kelompok. Sedangkan dilihat dari langsung
tidaknya supervisor menghadapi orang yang disupervisi, teknik supervisi
dibedakan atas dua pula yaitu teknik langsung dan teknik tidak langsung.
1. Teknik individual
Ada beberapa teknik supervisi yang tergolong
ke teknik individual, yaitu kunjungan
kelas. Supervisor datang ke kelas dan memperhatikan guru yang sedang mengajar. Melalui
kunjungan kelas,supervisor akan memperoleh banyak informasi mengenai
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.
1) Kunjungan kelas yang direncanakan/di
persiapkan terlebih dahulu. Kunjungan kelas
yang
dipersiapkan ini dapat dibedakan atas tiga yaitu :
Ø Kunjungan
kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah dan diberitahukan kepada guru.
Ø Kunjungan
kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah tetapi tidak diberitahukan kepada
guru.
Ø Direncanakan
oleh guru dan mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelas.
2) Kunjungan kelas tanpa
perencanaan/persiapan. Tujuan kunjungan kelas seperti ini
bermacam-macam.
3) Observasi kelas. Supervisor mengamati
suasana kelas selama pelajaran berlangsung.
Menurut sahertian (1981) observasi kelas
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) observasi
langsung dan tidak langsung.
b) Percakapan pribadi.
Adam
dan Dickey yang dikutip oleh Sahertian (1981) mengatakan bahwa salah satu
alat
yang penting dalam supervisi adalah percakapan pribadi.
c) Saling mengunjungi kelas
Guru-guru
saling mengunjungi antara satu dengan yang lain yang sedang mengajar.
Ini
dapat dilakukan di sekolah sendiri atau mengunjungi guru di sekolah lain.
d) Menilai diri sendiri
Dalam
hal ini guru menilai dirinya sendiri dengan harapan dapat membantu guru
dalam
memperbaiki kemampuannya.
2. Teknik kelompok
Teknik
kelompok menurut Sahertian (1981) adalah teknik-teknik yang digunakan atau
dilaksanakan oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
Teknik-teknik yang bersifat kelompok antara lain :
a) Pertemuan orientasi bagi guru baru.
b) Rapat guru.
c) Studi antar kelompok guru.
d) Seminar.
e) Diskusi panel.
f) Buletin supervisi.
g) Demonstrasi mengajar.
h) Perpustakaan jabatan.
i) Perjalanan
sekolah untuk anggota staf.
2.5. Peranan
Guru Dalam Supervisi Pendidikan
Supervisi
bertujuan membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya agar situasi belajar
mengajar menjadi lebih baik. Keberhasilan supervisor mencapai tujuan supervisi
dipengaruhi berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor guru yang
disupervisi. Dalam hal ini dituntut berbagai peran dan partisipasi guru dalam
mendukung pelaksanaan supervisi. Peranan dan partisipasi guru tersebut dapat
dilihat dari setiap fase dalam proses supervisi, sebagai berikut :
1. Fase Perencanaan
Penyusunan perencanaan supervisi memerlukan
berbagai data dan informasi, terutama yan berkaitan dengan guru dan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan dan
kesediaan guru-guru untuk memberikan data dan informasi mengenai permasalahan
dan kesulitan yang mereka temui dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
2. Fase Pelaksanaan
Perlaksanaan supervisi memerlukan kerja sama
yang baik antara guru dan supervisor. Guru-guru perlu menyadari bahwa kehadiran
supervisor di sekolah bertujuan membantu dan membina kemampuan guru, bukan mencari-cari
kesalahan.
3. Fase Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan supervisi memberikan
manfaat bagi supervisor dan guru. Supervisor dapat mengetahui target yang sudah
dicapai dalam pelaksanaan peningkatan kemampuannya. Dalam hal ini guru
diharapkan dapat menerima hasil evaluasi secara terbuka, dan bersedia menerima
saran dan arahan supervisor untuk perbaikannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Glickman
dalam Bafadal (1992) mengemukakan bahwa supervisi pengajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang membantu guru meningkatkan kemampuan mengelola proses
belajat mengajar. Adam yang dikutip Bafadal (1992) mendefinisikan supervisi
sebagai perbaikan program pengajaran. Neagley yang dikutip oleh Pidarta (1992)
mengemukakan bahwa setiap pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan
menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dari kurikulum dikatakan
supervisi.
Supervisi
bertujuan membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya agar situasi belajar
mengajar menjadi lebih baik. Keberhasilan supervisor mencapai tujuan supervisi
dipengaruhi berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor guru yang
disupervisi. Dalam hal ini dituntut berbagai peran dan partisipasi guru dalam
mendukung pelaksanaan supervisi.
3.2. Saran
Ø Teruslah
tingkatkan kedisiplinan untuk membangun system pendidikan di Indonesia agar terus
maju.
Ø Jika dalam
penulisan makalah ini masih banyak kesalahannya, kami mengharapkan saran dan
kritiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdiknas. 2001. Data Standardisasi
Kompetensi Guru.
(http://www.depdiknas.go.id.html).
Berliner, David. 2000. Educational Reform in an Era of Disinformation.
Berliner, David. 2000. Educational Reform in an Era of Disinformation.
(http://www.olam.asu.edu/epaa/v1n2.html).
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Depdiknas.
Fullan & Stiegerbauer.1991. The New
Meaning of Educational Change. Boston: Houghton Mifflin Company.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap
Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan
Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara
Internal, Akuntabiliras Profesi. Makalah Seminar Nasional. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.
Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan
Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Supriadi, Dedi. 2002. Laporan Akhir Tahun
Bidang Pendidikan & Kebudayaan. Artikel. Jakarta : Kompas.
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi
Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala
Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor
Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Surya, Mohamad. 2002. Peran Organisasi Guru
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Seminar Lokakarya Internasional. Semarang :
IKIP PGRI.
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Wardani, IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.
Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your
Child’s Scholl. New York: A Plime Book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pastikan komentar anda adalah berupa pertanyaan, koreksi, atau hal serupa lainnya yang bermanfaat bagi anda atau pengguna lainnya dikemudian hari, komentar yang bersifat basa-basi sepert, thanks, semoga bermanfaat, atau hal serupa lainnya akan dihapus.